Tahun 1995-1998, penulis studi di PIM Kajen dan di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum asuhan KH Ahmad Fayumi Munji.
Salah satu guru kami yang mengajar di PIM, khususnya pada materi qiroah kitab adalah KH Ma’mun Muzayyin.
Penulis juga mengaji kepada beliau kitab Kasyifatus Saja di PP Al Hikmah setelah melaksanakan shalat Jamaah dhuhur di masjid Kajen. Baik di PIM maupun di Pondok Al Hikmah, karakter beliau tidak beda. Beliau benar-benar sosok Kiai yang mencintai santri-santrinya. Pancaran sinar wajahnya teduh, menembus jiwa para santri. Sebuah anugerah bagi penulis bisa ziarah ke maqbarah beliau di Ma’la atas petunjuk putra beliau KH Mujiburrahman.
Pertemuan penulis dengan beliau tidak hanya di PIM dan Pondok Permata. Penulis sering bertemu beliau di Pondok Penulis di PRU karena hubungan KH Ahmad Fayumi Munji dengan KH Ma’mun Muzayyin adalah hubungan guru-murid dan rekan perjuangan karena keduanya sama-sama mengabdi di Jam’iyah Nahdlatul Ulama. KH Ahmad Fayumi Munji menjadi Rais Syuriyah PCNU Pati dan KH Ma’mun Muzayyin sebagai Wakil Rais PCNU Pati.
Ketika KH Ahmad Fayumi Munji berjalan bersama KH Ma’mun Muzayyin, Saya melihat KH Ma’mun Muzayyin berjalan di belakangnya, tidak sejajar. Sungguh pelajaran adab seorang santri kepada guru yang harus diteladani.
Penulis juga sering ketemu KH Ma’mun Muzayyin ketika ada forum Bahtsul Masail di lingkungan Majlis Wakil Cabang (MWCNU) Margoyoso Pati. KH Ma’mun Muzayyin bertugas sebagai pemimpin Bahtsul Masail (moderator) yang memimpin jalannya sidang, mengakomodir semua jawaban, dan merumuskan jawaban yang disepakati sesuai ta’bir yang benar.
Wibawa dan kemampuan memimpin yang disertai dengan humor membuat forum Bahtsul Masail tidak berjalan tegang dan panas. Meskipun ada perdebatan sengit, namun KH Ma’mun Muzayyin mampu membawa suasana tenang, bahkan penuh joke-joke segar yang menyenangkan.
Beliau menikah dengan putri KH Abdullah Zain Salam, yaitu Hj. Hanifah. Pernikahan ini melahirkan putra-putri yang meneruskan perjuangan beliau. Salah satunya adalah KH Mujiburrahman.
Istri beliau, Hj. Hanifah adalah pengasuh Pondok Putri Al Hikmah. Beliau mengajar di PIM Kajen. Sebagai Putri ulama besar, Hj. Hanifah sudah ditempa pendidikan disiplin tinggi oleh ayahnya. Oleh sebab itu, Hj. Hanifah tampil sebagai pemimpin Pesantren dan guru serta Ibu yang disiplin dalam mendidik dan mengajar anak, santri dan siswi-siswinya. Tempaan waktu kecil oleh kedua orangtuanya dan bimbingan suami menjadikannya sosok Ibu Nyai yang tangguh dalam rangka meneruskan kepemimpinan pesantren pasca wafatnya Sang Suami, mendidik anak-anak, dan para santri sebagai tunas – tunas Muda bangsa di Masa depan.
Karakter KH Ma’mun Muzayyin
- Cinta Ilmu
KH Ma’mun Muzayyin lahir dari keluarga Kiai. Ayahnya adalah KH Muzayyin bin H. Abdul Hadi. Kakeknya, H. Abdul Hadi adalah saudagar kaya yang hartanya digunakan berjuang dan membantu para ulama. H. Abdul Hadi adalah partner KH Abdussalam ketika merintis Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM) Kajen.
Cintanya kepada ulama membuat anak-anaknya disuruh belajar di pesantren dan akhirnya menjadi ulama. Salah satu yang lahir sebagai ulama besar adalah KH Muhammadun Abdul Hadi, sosok Pakar fiqh yang menjadi A’wan Syuriyah PBNU dan Wakil Rais Syuriyah PCNU Pati. KH Muhammadun ini adalah paman KH Ma’mun Muzayyin.
Ibu KH Ma’mun Muzayyin adalah keponakan Syaikh Fadhol Senori yang dikenal muallif kitab-kitab yang berkualitas tinggi. Ketika Syaikh Fadhol berkunjung ke Kajen, maka banyak ulama Kajen yang datang berguru kepadanya.
Maka wajar jika sejak kecil KH Ma’mun Muzayyin ditanamkan kedua orangtuanya cinta ilmu sehingga pergumulannya terhadap ilmu membuatnya rajin belajar dan intens mendalaminya sampai tuntas.
Dalam mengajar, sangat kelihatan kedalaman ilmunya. Beliau tipikal kiai yang mengedepankan keterangan, bukan memburu khatam. Kitab dibaca kemudian dijelaskan sampai tuntas sehingga santri benar-benar memahami teks kitab tersebut.
KH Ma’mun Muzayyin juga seorang muallif. Salah satu karyanya adalah buku Manasik haji yang menjadi pegangan Manasik haji sampai sekarang oleh KBIH Permata.
Menurut sebuah sumber, setelah menyelesaikan Studi di PIM Kajen, KH Ma’mun Muzayyin melanjutkan studi di Pondok Pesantren Sarang Rembang. Ulama-ulama Sarang menjadi guru beliau selanjutnya. Salah satunya tentu saja KH Zubair Dahlan yang menjadi guru spesial kiai-kiai Kajen.
- Cinta Perjuangan
KH Ma’mun Muzayyin sosok orang yang waktunya dihabiskan untuk berjuang di tengah masyarakat. Hal inilah yang melatarbelakangi lahirnya Pondok Pesantren Al Hikmah dan berkembang menjadi Madrasah Diniyah Dan akhirnya menjadi Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah seperti sekarang.
Pengajiannya di tengah masyarakat menginspirasi banyak orang sehingga beliau diterima dan didukung lapisan masyarakat.
Beliau ingin masyarakat Muslim memahami syariat Islam dengan baik sehingga pengajian kitab dimaksimalkan. Beliau ingin generasi Muda memahami khazanah Islam dengan matang sehingga beliau mendirikan Madrasah Diniyah dan akhirnya berkembang menjadi Madrasah formal seperti sekarang.
- Piwai Memimpin
Beliau adalah sosok pemimpin yang menekankan kaderisasi. Kepemimpinannya matang dan banyak terobosan yang dilahirkan. Beliau lama memimpin Madrasah Darun Najah Ngemplak Margoyoso Pati sebagai Direktur.
Dalam merintis dan mengembangkan Madrasah, beliau piwai melihat kader-kader muda potensial yang beliau ajak untuk merintis dan mengembangkan bersama-sama.
Hasil kepemimpinannya bisa dilihat dan dirasakan. Pesantren Dan Madrasah Al Hikmah semakin berkembang dan berprestasi.
- Suka Menolong
Menurut penuturan teman kami yang mondok di Pesantren Al Hikmah, KH Ma’mun Muzayyin sangat dekat dengan santri dan suka Menolong jika ada santri yang membutuhkan pertolongan.
Jiwa kebapaan KH Ma’mun Muzayyin ini memang terlihat dari tatapan wajah, dawuh-dawuh yang disampaikan, dan kelembutannya yang menjadi ciri khas beliau.
Beliau menurut sebuah sumber juga membantu temannya mendirikan Pesantren. Sebuah akhlak agung karena jauh dari sifat hasud, sombong, dan tamak. Sifat yang ada adalah saling menolong dalam kebaikan.
- Tawadlu’ (rendah hati)
KH Ma’mun Muzayyin adalah sosok rendah hati yang jauh dari sifat sombong. Seperti yang penulis sampaikan di atas, yaitu ketika berjalan dengan KH Fayumi Munji, beliau selalu dibelakangnya karena menghormati dan memuliakan gurunya.
Ketika diminta berdoa dan di sana Ada KH Fayumi Munji, maka beliau tidak berkenan dan mempersilahkan KH Fayumi Munji untuk memimpin doa.
Akhlak terpuji ini tidak lepas dari didikan orangtua yang menanamkannya sejak kecil sebagai seorang pecinta ilmu yang dihiasi akhlak agung.
Perjuangan panjang KH Ma’mun Muzayyin akhirnya berakhir ketika Allah memanggil beliau di Mekah dan dimakamkan di Ma’la. Semoga Kita bisa meneladani karakter KH Ma’mun Muzayyin dalam rangka izzul Islam Wal Muslimin. Amiin.
الي روح شيخنا ومرب روحنا العالم العلامة مأمون مزين عبد الهادي الحاجيني الفاتحة …. امين
Mekah, Rabu, 20 Dzulqa’dah 1440 / 21 Agustus 2019 Pukul 12.35
Penulis: Dr H Jamal Ma’mur Asmani, Kajen Pati.