Wasiat KH Ali Maksum yang Paling Dikenang

Wasiat KH. Ali Maksum

KH. Dr. A. Zuhdi Muhdlor, Wakil Rais Syuriah PWNU DIY, merupakan salah satu santri KH. Ali Maksum, Krapyak, yang turut menjadi saksi atas kiprah dan perjuangan Kiai Ali. Beliau banyak mendapatkan inspirasi perjuangan, salah satunya lewat wasiat yang diberikan oleh Kiai Ali saat beliau masih hidup. Berikut wawancara tim Bangkit dengan KH. A. Zuhdi Muhdlor selengkapnya :

Apa wasiat KH. Ali Maksum yang paling Bapak ingat sampai sekarang?

Bacaan Lainnya

Wasiat atau ajaran Mbah Ali cukup banyak. Tetapi yang masih terngiang-ngiang itu pertama, kegiatan dakwah. Dakwah itu sangat penting. Mbah Ali pernah mengatakan di suatu desa yang 100 % orangnya itu taat beragama, tetapi di situ tidak ada orang yang berjiwa dakwah. Maka tidak akan bisa dijamin bahwa sepuluh maupun dua puluh tahun mendatang, desa itu tetap Islam (warganya masih tetap beragama Islam, red).

Sebaliknya, di suatu desa di situ orang-orang Islamnya tidak berkualitas. Tetapi di dalamnya ada seorang pejuang dakwah atau mubalig, maka kampung itu secara pespektif dalam tempo sepuluh atau dua puluh tahun di situ Islam akan semarak. Jadi, menurut Mbah Ali, peranan da’i atau mubalig itu sangat penting.

Kemudian, yang kedua, kaderisasi. Mbah Ali itu mewajibkan adanya kaderisasi dalam semua hal umat Islam, termasuk NU. Bahkan, beliau mengibaratkan pentingnya kaderisasi itu sama pentingnya dengan salat sunah rawatib yang muakkad. Jadi, kalau orang itu hanya melakukan shalat wajib (fardhu), tidak memiliki salat sunah, ya, salatnya banyak kekurangan, banyak bolong-bolong. Karena salat sunah itu ‘kan yang akan menyempurnakan. Sama dengan tataran sosial atau organisasi. Jika orang yang tidak memperhatikan kaderisasi, hanya dia sendiri yang ingin selalu “jadi”, itu diibaratkan dengan orang yang tidak pernah menganggap penting salat sunah rawatib.

Apa yang diajarkan dan ditanamkan KH. Ali Maksum terhadap para santri?

Beliau selalu mengajarkan “al-‘ilmu bi at-ta’allum”. Ilmu itu harus dengan belajar. Jadi tidak bisa hanya menunggu pemberian begitu saja dari Allah, yang sering dikatakan sebagai ilmu laduni. Orang belajar itu harus rasional. Makanya Mbah Ali itu tidak termasuk yang setuju santri itu yang ngerowot. Ngerowot itu yang jarang makan. Kalau makan itu nasi putih. Jadi dia riyadhah. Kiai Ali itu nggak senang. Kalau yang namanya santri sekarang itu harus (makan makanan yang) bergizi. Jadi agar dia cerdas, agar memiliki wawasan yang luas itu harus bergizi, badan harus kuat. Sebab kalau orang ngerowot, tubuhnya nggak kemasukan gizi, kemudian tubuhnya lemah, dan seterusnya.

Kemudian Pak Kiai Ali termasuk kiai yang juga menganjurkan santri sering rekreasi. Misalnya, ke Bali dan ke Borobudur. Karena itu penting. Karena apa? Itu akan menjadi pengayaan dalam rangka berdakwah. Bagaimana kita akan menggambarkan surga? Kalau gambaran di dunia saja dia tidak tahu. Bagaimana akan menerangkan Nabi Ibrahim ketika menghancurkan patung-patung berhala yang kemudian dihukum oleh raja Namrud? Bagaimana dia bisa menggambarkan seperti itu kalau dia melihat Borobudur saja belum pernah?

Baca JugaKiai Ali Maksum: Ilmiah, Demokratis dan Gemar Silaturahmi

Misalnya, kalau kita pernah ke Borobudur atau ke Bali kita akan tahu bagaimana ritual di sana. Kita kemudian bisa memberikan pengayaan dalam berdakwah. Jadi, bukan kita larut untuk mengikuti ajaran mereka, tidak seperti itu. Tapi, justru itu akan menjadi kitab terbuka yang sangat penting bagi seorang da’i.

“Bagaimana mau menerangkan surga kalau ke Kaliurang aja belum pernah?”, kata Mbah Ali. Karena gambaran surga itu ‘kan, di bawahnya ada sungai yang mengalir. Di Kaliurang itu ‘kan ada. Nah, surga itu nggak bisa dibandingkan dengan itu. Kita ‘kan bisa membandingkan. Kaliurang itu banyak teulė atau banyak apa. Surga itu nggak. Jadi, ketika menjelaskan ajaran agama orang bisa memberikan jawaban yang lebih hidup bukan doktrinal yang kaku.

Sejak kapan KH. Ali Maksum memiliki visi progresif seperti itu?

Beliau sejak muda itu memperkenalkan pendidikan sistem klasikal dengan memperkenalkan kitab-kitab modern. Ketika beliau di Tremas, ‘kan begitu. Jadi yang membawa perubahan di Pesantren Tremas itu kiai Ali sejak muda. Tokohnya yang menjadikan klasikal itu Kiai Ali muda. Kemudian Kiai Ali membawa dan memperkenalkan kitab-kitab baru, seperti Qira’ah Rasyidah dan sebagainya yang sebelumnya dibenci oleh kiai-kiai yang lain. Masih muda Kiai Ali sudah sangat progresif.

Kemudian yang terbesar, yang orang belum banyak yang tahu itu Kiai Ali di Krapyak itu kan diminta oleh keluarga Mbah Munawwir. Jadi keluarga Krapyak meminta Kiai Ali dengan memohon kepada Kiai Ma’sum, bapaknya Kiai Ali itu sampai tiga kali agar Kiai Ali tinggal di Krapyak. Karena setelah Kiai Munawwir itu meninggal dan pada zaman itu ‘kan banyak pesantren di mana-mana bubar, termasuk di Krapyak. Pada waktu itu hanya tersisa beberapa santri saja. Karena Jepang sangat kejam, memaksa, mengeksploitasi, sampai penduduk tidak bisa makan. Dengan kondisi-kondisi seperti itu menyebabkan santri pesantren habis.

Nah, Krapyak waktu itu menghadapi situasi sulit, santrinya habis, Kiai Munawir wafat, sementara anak-anak Kiai Munawwir semuanya masih kecil-kecil. Jadi, ada facum of power, seolah-olah tidak ada imam, tidak ada kiainya.

Pada waktu itu ‘kan, Pak Kiai Ali sudah dikawinkan dengan putrinya Mbah Munawwir. Cuma Pak Kiai Ali nggak mau tinggal di Krapyak. Mbah Ma’sum juga nggak mau Pak Kiai Ali tinggal di Krapyak. Karena diminta untuk mengembangkan pesantren di Lasem. Tapi keluarga Krapyak minta ke Mbah Ma’sum sampai tiga kali untuk merelakan agar Kiai Ali berada di Krapyak. Akhirnya, Mbah Ma’sum tidak bisa mengelak lagi, memperbolehkan dengan pesan, “Yo, wis, Ali boleh dibawa ke Krapyak tapi apa maunya Ali jangan diganggu.” Akhirnya, beliau ke Jogja itu masih dengan suasana Jepang. (hendra)

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Bangkit Edisi 03/TH.III.Khusus/2014, edisi Khusus KH. Ali Maksum tahun 2014. Tulisan ini disarikan dari wawancara dengan KH Dr. A. Zuhdi Muhdlor di Ndalem Krapyak.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *