Di waktu dan tempat yang tepat
Ketika jenazah Syaikhona akan disemayamkan untuk disholatkan di Kantor Daerah Kerja Mekkah. Saya bingung sebab ku lihat tidak satupun Masyayikh sepuh yang hadir. Berarti semua akan dilimpahkan ke Paklik Aufal.
Aku berjalan ke sana kemari memastikan setidaknya ada satu Masyayikh sepuh NU. Harus ada bathinku. Hampir saja aku putus asa karenanya.
Alhamdulillah Simbah Kyai Anwar Manshur rawuh! Beliau memonggokan saya untuk menjadi imam sholat jenazah dan tahlil, saya jelas menolak halus. Selain masih ada Gus Said dan Lik Aufal, Mbah Yai War juga orang yang paling utama untuk itu.
Akhirnya Mbah Yai War mengimami sholat jenazah Syaikhona untuk pertama kalinya yang selanjutnya jenazah almaghfurlah disholati 18 kali hingga akhirnya dilepaskan ke Haram. Mbah Yai War juga memimpin tahlil.
Dengan usia sesepuh Mbah Yai War, berdiri kurang lebih satu jam merupakan sesuatu yang luar biasa menyakitkan. Mbah Yai War berkali-kali dimonggoaken memimpin tahlil dengan duduk, tapi beliau ngotot untuk tetap berdiri. Tidak mau duduk. Sampai beliau harus dibantu santrinya untuk tetap berdiri. Allahu Akbar. Masya Allah.
Mbahyai War merupakan pengasuh Lirboyo. Dan Lirboyo adalah satu-satunya pesantren tempat Almaghfurlah Syaikhona Maimun Zubair mondok. Menurut saya, bukan kebetulan satu-satunya Kyai sepuh yang hadir dan memimpin sholat jenazah dan tahlil adalah Mbah Yai War. Sebab ‘alaqah (hubungan) ruhaniyah Mbah Moen dengan Lirboyo sangat kuat.
Pada Maret 2019. Ketika itu masa pilpres, masa itu sangat gersang dengan postingan yg menyejukkan. Entah bagaimana awalnya, Mbahyai War sowan dateng Mbah Moen dan kyai-kyai yang lain. Foto tentang sowannya Mbahyai War dateng Mbah Moen kemudian viral dan menjadi penyejuk bagi bangsa yang sedang panas karena pilpres. Dalam pertemuan keduanya, Mbah Moen meminta didoakan oleh Mbahyai War agar husnul khotimah. Allahu akbar. Matur suwun, Mbahyai War…
Penulis: Gus Muhamad Shidqi, cucu Mbah Maimoen Zubair.