KH Ali Maksum itu Waliyullah, Ini Buktinya!

Kiai Ali Maksum Waliyullah

Oleh: KH. M. Lutfi Hamid, M. Ag., Ketua Lembaga  Ta’lif wan Nasyr PWNU DIY.

KH. Ali Maksum bukan saja Kyai kami, namun lebih dari itu beliau adalah inspirator lahirnya Majalah Bangkit (MB) pada tahun 1979. Bermula dari kesadaran para pengurus PWNU pada masa itu untuk mendokumentasikan ceramah-ceramah dan tulisan-tulisan KH. Ali Maksum – yang lebih populer dikalangan santri dan masyarakat dengan panggilan Pak Ali, maka dicetaklah beberapa “taushiyahnya” untuk disebarkan. Ternyata respon pembaca sangat luar biasa. Belakangan KH. Syaiful Mujab, KH. Ali As’ad dkk (muda) saat itu menjadikan pemikiran Pak Ali pada rubrik Ajaran untuk setiap edisi penerbitan MB.

Bacaan Lainnya

Alasan idiologis atas kebahagiaan itu adalah “tabarukan” dengan Al-‘Alamah al-Maghfurllah KH. Ali Maksum – yang (insyaallah) sebagai Waliyullah. Ungkapan ini bukan semata kultus pada Pak Ali. Dahulu Pak Ali sering menyampaikan: “Ya’riful Wali illa Wali, wa ya’riful ‘Ulama illa ‘ulama (Yang tahu bahwa seseorang itu wali ya seorang Wali dan yang tahu dia seorang ulama ya seorang ulama pula)….. wa ya’riful ahli Badminton illa ahli Badminton. Bagaimana mungkin anak SD kelas 3 menilai anak SMA atau Mahasiswa itu pandai? Seseorang yang dapat mengukurnya adalah orang yang mempunyai level yang sama”.

Pernyataan itu sering diulang-ulang diberbagai forum pengajian beliau. Maksud beliau tentu adalah agar para santri tidak mudah takjub (blereng) dengan mitos wali, shahibul fadhilah dan seterusnya. Tugas santri adalah belajar, untuk menjadi ulama ya harus belajar.

Di lingkungan PP. Al-Munawwir ada salah satu keturunan Mbah KH. Munawwir yang bernama Gus Udin, insyaallah nama lengkapnya Zainuddin dan ada yang memanggil mbah Udin. Dia berprilaku “jadzab”, namun banyak pihak yang membuktikan sebagai hafidzul qur’an.

Pada saat  Gus Din itu wafat, penulis ingat betul Pak Ali berdiri di atas tangga (undak-undakan) masjid pondok pesantren dan memberi sambutan pelepasan jenazah. Salah satu yang diungkapkan adalah: “ ketahuilah Kang Zainuddin ini adalah minjumlatil ‘auliya ….”. Belum selesai sambutan Pak Ali saat itu awan menyelimuti halaman masjid, tanpa hujan dan terus mengiringi jenazah Gus Udin hingga di pemakaman Dongkelan.

Apa yang menarik dari sambutan Pak Ali? Tanpa sengaja atas sambutan itu yang dapat ditafsirkan sesungguhnya Pak Ali adalah waliyullah juga – Ya’riful Wali illa Wali. Semoga ke duanya mendapatkan rahmat Allah swt.

Namun di atas segalanya mengungkapkan berbagai sisi kemuliaan Pak Ali adalah transformasi profil ‘Ulama yang kini sulit ditemukan. Keilmuan, independensi, rasionalitas dan egaliter adalah karakter yang layak menjadi teladan generasi masa kini. Sekaligus dari subyektifitas penulis adalah wujud terima kasih yang tak terhingga karena pada saat didawuhi ngaji sorogan dahulu Pak Kyai memberi kitab-kitab secara gratis.

Begitulah sikap beliau memberi motivasi setiap penduduk sekitar pondok yang mau mengaji padanya. Matur sembah nuwun Kyai.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *