Harta Mbah Wahab Dihabiskan untuk Perjuangan NU dan Bangsa

Harta Mbah Wahab Dihabiskan untuk Perjuangan NU dan Bangsa

Harta Mbah Wahab Dihabiskan untuk Perjuangan NU dan Bangsa.

Saya pernah tanya ke almarhumah Ibu Wahibah binti Wahib bin Wahab Chasbulloh.

“Bu.. Mbah Wahab itu katanya Gus Dur Kaya Raya, karena mertuanya, sangat kaya raya. Tapi kok mboten (tidak-red) ada yang turun ke buyut-buyut ya..?”

Mbah Wahab menikah dengan Nyai Lathifah, punya putra Mbah Wahib, abah dari ibu kami.

Sebagai gambaran singkat betapa kaya Kyai. Muso, Gus Dur & Kyai Dahlan Peneleh dulu menggambarkan bahwa salah satu tanahnya, ada yang membentang luas dari Surabaya hingga Krian Mojokerto. Rumahnya kececeran di Kertopaten, Peneleh, dan wilayah lain di Surabaya.

Maklum lah, Beliau satu-satunya yang dipercaya sebagai agen haji wilayah Indonesia timur yang diberi izin oleh Belanda jaman itu..

Ibu menunduk lama, lalu menjawab.

“Semua dihabiskan Mbah Wahab. Semua untuk perjuangan NU & Kemerdekaan. Sejak awal merintis membentuk organisasi, sampai Muktamar terakhir tahun 71, kamu pikir Mbah Wahab pakai uang siapa..? Sejak awal gerakan perjuangan Negeri ini.., kamu kira Mbah Wahab minta dana ke siapa..?”

Duh…
Saya mikir..
Mbah Hasyim Asy’ari sudah sedemikian amat sangat besar jasanya terhadap NU & Negeri ini, sampai beliau dipenjara.

Mbah Wahab, Mbah Bisri, Mbah Romli Peterongan, Kyai As’ad, Kyai Karim, Kyai Mahrus Ali Lirboyo, Kyai Jazuli Ploso dan semua Kyai-kyai jaman dulu sudah sedemikian amat sangat besar pengorbanannya.

Lalu mereka yang sekarang ini main-main dengan NU ini apa sudah merasa banyak pengorbanannya..?

Saya nulis ini bukan hendak pamer. Cuma ingin mengingatkan mereka yang hendak membuat mainan NU untuk memperkaya diri sendiri.

Hati-hati..

NU itu yang mendirikan para Wali.

Yang kuwalat itu bukan hanya mereka yang memusuhi NU. Tapi mereka yang juga mempermainkan NU. Menjadikan NU sebagai alas kaki memperkaya diri. Atau hendak meninggikan derajatnya sendiri.

Demikian Harta Mbah Wahab Dihabiskan untuk Perjuangan NU dan Bangsa, semoga bermanfaat.

Penulis: Kyai Hamid Farouq.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *