Tahun 1970-1985, itulah waktu bersejarah Kiai Asyhari Marzuqi dalam menjejalah ilmu di negeri seribu satu malam, Baghdad Irak. Waktu 15 tahun digunakan Kiai Asyhari menimba ilmu dengan penuh khidmat. Banyak sekali buku yang beliau baca, banyak juga jaringan ilmuan yang beliau dapatkan. Ini tradisi pengembaraan ilmu yang dilakukan para kiai Nusantara, berjejaring dengan banyak ulama dari berbagai negara.
Saat pulang ke Yogya, tahun 1985, teman dan seniornya waktu di Bagdad sudah menjadi Ketua Umum PBNU. Dialah Gus Dur yang terpilih sebagai Ketua Umum PBNU saat Muktamar di Situbondo tahun 1984.
Di Baghdad, semangat studi S2 begitu membara. Setelah banyak celah gagal, akhirnya ada kesempatan S2 dalam program kuliah jarak jauh, kalau di Indonesia semacam Universitas Terbuka. Akhirnya Kiai Asyhari merencanakan mengambil itu di Kairo Mesir jurusan “Dirosah Islamiyah”. Sayangnya, begitu mau masuk program tersebut, Kiai Asyhari mendaptkan telegram dari rumah untuk pulang. Karena ta’at kepada orang tua, Kiai Asyhari pulang ke Yogya.
Ada apa diperintahkan pulang?
Ternyata Simbah Kiai Marzuqi menyuruh Asyhari muda untuk menikah. Jatuhlah cintanya kepada Ibu Nyai Barokah, putri ke-5 dari Kiai Nawawi Abdul Aziz, Pesantren An-Nur Ngrukem. Pernikahan dilangsungkan pada Sabtu, 7 April 1979. Tiga hari setelah menikah, beliau mengantarkan istrinya ke pondoknya di Kediri. Selanjutnya Kiai Asyhari kembali ke Baghdad menlanjutkan pengembaraan ilmu. Ibu Nyai Barokah menyusul ke Baghdad pada Desember 1979.
Luar Biasa, Ada 1015 Judul Buku
Selepas menikah, Kia Asyhari menurun semangatnya untuk studi S2. Tetapi semangat dan keinginan untuk menimba ilmu justru makin membawa. Maka, Kiai Asyhari menghabiskan waktunya untuk membaca, diskusi, dan berguru kepada para syaikh dan intelektual. Waktunya habis dari satu majlis ke majlis berikutnya. Dari satu perpustakaan ke perpustakaan berikutnya. Luar biasa, energinya seolah tak pernah habis kalau sudah bertemu dengan buku dan majlis ilmu.
Karena begitu besar semangat atas buku dan ilmu, Kiai Asyhari sampai memiliki sekitar 1015 judul buku. Setiap ada buku yang menarik, selalu dibeli. Tahun 1985, ketika pulang ke Yogya, buku ini dikirim secara bergelombang. Ada yang dibawa sendiri, dititipkan kepada para diplomat RI, dan sebagian lagi dikirim melalui jasa pos.
Inilah pengembaraan ilmu yang luar biasa. Kiai Asyhari wafat meninggalkan warisan buku, ilmu pengetahuan, teladan akhlaq, dan spirit perjuangan dalam mengabdi kepada NU, bangsa dan negara. (md)