Budaya Sebar Apem: Mengenang Dakwah Islam Ki Ageng Gribig

Oleh: Lovayna Nicky Damayanti, mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Klaten adalah kota kecil diantara Jogja dan Solo. Berbatasan langsung dengan Gunungkidul dan Boyolali. Kota Klaten kaya sumber air, memiliki daerah pertanian yang potensial, juga sebagai daerah penghasil kapur, kaya akan batu kali dan pasir dari Gunung Merapi. Kota Klaten juga memiliki banyak obyek wisata alam dan wisata sejarah. Kota yang khas dengan kain lurik, gerabah dan kerajinan wayangnya dan kental akan upacara adatnya.

Bacaan Lainnya

Salah satu upacara adat yang ada di Kota Klaten adalah Upacara Yaqowiyu. Yaqowiyu adalah sebutan untuk upacara penyebaran apem, Yaqowiyu berasal dari kata Ya qowwiyyu yang berarti Tuhan Mohon Kekuatan. Upacara sebar apem digelar untuk mengenang jasa Ki Ageng Gribig selaku ulama yang telah menyebarkan agama Islam di Jawa, yang menetap dan meninggal di Jatinom.  Menurut para sesepuh, upacara ini sudah ada sejak lama. Alkisah, tersebutlah seorang ulama bernama Ki Ageng Gribig sedang menunaikan ibadah haji ke Makkah. Di sana, ia mendapatka tiga buah apem yang kemudian di bawa pulang untuk cucunya. Ternyata, sesampainya di Jawa, apem tersebut masih hangat. Oleh karena apem tersebut kurang, Nyai Ageng Gribig isti Ki Ageng Gribig diminta untuk membuat apem lagi. Tujuannya untuk dibagikan kepada anak cucu dan para tetangga. Dari situ masyarakat mengetahui bahwa Nyai Ageng Gribig sedang sedekah apem dan mereka mengikuti membuat apem untuk di sedekah kan setiap bulan sapar.

Upacara yaqowiyu juga disebut dengan saparan karena upacara ini dilaksanakan ketika bulan sapar. Apem sendiri adalah makanan berbentuk bundar yang terbuat dari tepung beras. Upacara ini biasanya diadakan setiap hari Jum’at selepas jumatan di pertengahan bulan sapar. Tempat diadakannya upacara ini di sebelah masjid besar yang berlokasi di komplek pemakaman Ki Ageng Gribig Jatinom Klaten. Upacara tersebut dilaksanakan oleh panitia penyebaran apem yang menggunakan pakaian serba putih seperti kyai jaman dulu. Upacara ini banyak dikunjungi ribuan wisatawan dari dalam atau pun luar daerah. Banyak yang mempercayai bahwa apem tersebut membawa keberkahan.

Pada hari Kamis siang apem tersebut disusun dalam 2 gunungan yaitu gunungan lanang dan gunungan wadon. Penyusunan apem ditata 4-2-4-4-3 yaitu jumlah rakaat dalam sholat isya, subuh, dzuhur, asar, maghrib. Di sela-sela gunungan terdapat kacang panjang, tomat, dan wortel yang melambangkan masyarakat sekitar  hidup dari pertanian. Gunungan tersebut lalu di arak dari kantor kecamatan Jatinom menuju Masjid Ageng Jatinom. Gunungan itu nantinya akan diinapkan di dalam masjid untuk diberi doa-doa. Arak-arakan tersebut diikuti oleh pejabat-pejabat kecamatan, kabupaten, dan dinas kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olahraga dari klaten. Arak-arakan ini juga di meriahkan oleh reog, drumband, seni bela diri, dan mas mbak klaten yang terpilih.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *