Wali itu kalau meninggal selalu di momen dan tempat terbaik. Imam Syadzili dulu pernah doa ingin meninggal di tempat yang gak pernah terjadi maksiat di atasnya dan jauh dari hiruk pikuk dunia.
Ndilalah Imam Syadzili wafat dalam perjalanan haji di tengah gurun sunyi yang kanan-kirinya hanya ada bukit gersang dan jalanan berpasir, tepatnya humaitsara. Mbah Moen pun begitu wafat di tempat terbaik, Mekkah dan dikubur di tempat mulia al hajun/ma’la, allah yarhamhuma wa jami’a muridihima.
Di padang humaitsara inilah sepanjang tahun pada 10 hari pertama di bulan Zulhijjah warga Mesir dari berbagai jamaah thoriqoh hadir membaca Quran, salawat dan berdzikir di seputar makam Imam Syadzili hingga Idul Adha lalu solat ‘id dan memotong korban.
Jarak padang pasir humaitsara dari pusat kota Marsa Alam 400 km kira kira 5 sampai 6 jam perjalanan, kanan kiri nggak ada warkop apalagi alf**art atau in**maret kayak di pantura. Sinyal hape ngga ada sama sekali di makam Imam Syadzili, untuk air ada sumber yang dulu pernah digali oleh murid Imam Syadzili, yakni Sidi Syeikh Abil Abbas al Mursi waktu mencari air wudhu.
Penulis: Oki Yosi.
*Keterangan foto: Gambar Mbah Moen saat berziarah ke makam Imam Syadzili di humaitsara didampingi Kyai Fadholan.