Syaikhuna KH Maimoen Zubair dan Jariyah Ilmu yang Mempesona

mbah maimoen

Secara sanad keilmuan, istri penulis adalah santri cucu dari Simbah KH Maimoen Zubair. Pasalnya dulu istri sempat mondok di Lirboyo semasa tsanawiyah dan aliyah di bawah asuhan Kiai Imam Yahya Mahrus Ali. Sementara Kiai Imam Yahya bin KH Mahrus Ali Lirboyo adalah santri pertama Simbah Maimoen.

Bahkan Gus Imam dan beberapa rekannya yang awalnya menamai pondok pesantren Kiai Maimoen dengan sebutan POHAMA alias Pondok Haji Maimoen. Belakangan, nama pondok diganti menjadi Pesantren Al Anwar.

Maka secara moril kami sekeluarga wajib hukumnya untuk mendoakan Simbah Kiai Maimoen. Meskipun kami meyakini, jutaan untaian doa telah dilangitkan sejak Selasa (6/8) pagi bahkan hingga kini. Mungkin doa yang kami panjatkan, hanya menjadi sebutir debu di selaksa angkasa raya.

Bacaan Lainnya

Alhamdulillah, di lingkungan tempat tinggal, istri dipercaya mengampu kelas tahfidz sebuah TPA. Kelas ini diikuti belasan anak berusia bangku sekolah dasar hingga SMA/aliyah. Di sela tahfidz, biasanya ada ngaji kitab. Untuk anak perempuan maka yang dipilih kitab Risalatul Mahid. Alhamdulillah, bekal pemahaman seputar urusan perempuan sedikit demi sedikit tertanam.

Malam tadi, kami melakukan sholat gaib dan pembacaan yasin-tahlil untuk Mbah Maimoen. Diikuti anak-anak generasi unyu-unyu yang boleh jadi mereka belum mengenal siapa beliau. Dan… betapa dunia terguncang dengan wafatnya seorang wali.

Ambulance pembawa jenazah Syaikhuna tampak selalu ditutupi mendung di langit Makkah.

Cuaca Arab mendadak mendung, bahkan malam hingga Selasa pagi Makkah diguyur hujan. Suhu yang biasanya di atas 40 derajat, kemarin pagi di Makkah—seperti kabar yang beredar—hanya kisaran 32 derajat. Tim Media Center Haji 2019 yang mengikuti ambulance pembawa jenazah Syaikhuna, sempat mengabadikan gambar langit Makkah yang terus dipayungi mendung.

Belum lagi di jagad media sosial: semua orang ramai mendoakan Syaikhuna. Para mufti, ulama dunia semua merasa kehilangan. Betapa sosok Kiai Maimoen dicintai banyak orang di dunia ini.

Bahkan, boleh jadi, padamnya aliran listrik PLN—yang hingga kini belum diketahui penyebab pastinya—di sebagian Jawa terutama di Ibukota sehari sebelum wafatnya Syaikhuna, seolah isyarat bahwa salah satu cahaya Allah akan dipadamkan.

Selamat jalan Simbah Kiai… jariyah ilmumu sungguh memesona…. Alfatihah…

Ngoto, Agustus 2019

Penulis: Bramma Aji Putra, Humas Kanwil Kemenag DIY dan Pengurus LTN PWNU DIY.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *