Sikap Moderat Prof KH Yudian Wahyudi

Kiai Yudian Rektor UIN Suka

Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof KH Yudian Wahyudi adalah pribadi yang tegas, berani, juga moderat. Kepribadian ini lahir dari pergulatan hidup Kiai Yudian sebagai seorang akademisi, baik akademisi kampus maupun akademisi pesantren, juga pergulatan sebagai seorang kiai. Banyak lika-liku hidup yang dilalui, sekaligus menjadikan Kiai Yudian sebagai sosok yang asyik, tegas sekaligus unik.

Kalau kita berbincang santai, atau bahkan serius dengan Kiai Yudian, kita pasti akan mendapatkan hal-hal menarik dalam perbincangan itu. Kita bisa dibawa dalam jelajah ruang keilmuan yang serba rumit, sesuai kepakarannya dalam filsafat hukum Islam, tetapi pada saat yang sama kita bisa tertawa dengan santainya karena mendapatkan penjelasan yang serba sederhana dan mudah dimengerti, dan itu bisa dibarengi dengan selera humor yang segar.

Bacaan Lainnya

Itulah Kiai Yudian. Berani tampil tegas dalam menyikapi persoalan, tetapi pada saat yang sama bisa begitu moderat dalam memahami persoalan semua. Itulah mengapa persoalan cadar yang begitu ramai diperbincangkan publik tak membuat Kiai Yudian takut. Beliau tetap santai, tidak kehilangan selera humornya yang tinggi. Kalaupun akhirnya dihentikan persoalan cadar ini, ini bukti nyata Kiai Yudian begitu moderat dalam menyikapi persoalan. Tidak merasa kalah sama sekali, karena itu semua untuk menjaga iklim akademik kampus.

Daripada berlarut-larut dalam situasi yang tidak kondusif, maka pilihan untuk menghentikan kasus cadar adalah bukti nyata sikap moderat seorang akademisi kiai. Iklim akademik kampus kembali kondusif, semua civitas akademika kampus bisa kembali berjalan dengan nyaman. Pada saat yang sama, sikap tegas terkait cadar yang sudah disuarakan (walaupun akhirnya dibatalkan) tetap menjadi saksi sejarah sebuah prinsip hidup, juga menjadi alarm serius bagi semua elemen bangsa dalam menghadang tumbunya bibit radikalisme di lembaga pendidikan.

Apa yang sudah dijalankan dengan tegas dan moderat oleh Kiai Yudian ini juga menjadi perhatian serius para pemangku kebijakan negara agar serius dalam mengelola lembaga pendidikan, karena anak muda yang tumbuh di kampus akan menjadi pemimpin bangsa di masa depan. Taruhannya adalah NKRI, tidak main-main.

Kalau kita ketemu Kiai Yudian, kita akan dijelaskan dengan sangat gamblang dalam masalah melalui kaidah fiqh dan filsafat hukum Islam, sehingga kita benar-benar paham. Penjelasannya santai dan mudah dipahami.

Disertasi yang Mendalam    

Sikap tegas sekaligus moderat dalam diri Kiai Yudian bisa kita baca dalam karya disertasinya yang luar biasa. Kalau soal cadar, itu kajian yang sangat sederhana, bahkan itu turunan dari perilaku kelompok yang selama ini selalu bersuara kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah. Dalam buku tertajuk “On The Slogan “Back to the Quran and the Sunna”: Hasan Hanafi, Muhammad Abid al-Jabiri, and Nurcholis Madjid”, Kiai Yudian menegaskan dalam disertasinya dalam mengurai pemaknaan slogan “Back to the Quran and the Sunna” dalam kaca mata tiga pemikir kenamaan Islam kontemporer, yakni Hasan Hanafi (Mesir), Muhammad Abid al-Jabiri (Maroko), dan Nurcholis Madjid (Indonesia).

Kiai Yudian melakukan komporasi gagasan ketiga pemikir tersebut. Bagi Kiai Yudian, ketiga pemikir tersebut mampu hadir dengan spirit pembebasan yang kuat. Hassan Hanafi memaknai warisan khazanah klasik sebagai upaya melakukan revolusi kebudayaan dan peradaban Islam (min al-turats ila al-tajdid). Hassan Hanafi kemudian dikenal dengan gagasan Kiri Islam (al-yasar al-islami) yang mengilhami gerakan anak muda kiri Islam di Indonesia.

Sementara Al-Jabiri hadir menggugar nalar epistimologis Islam yang terjebak dalam Arab Centris. Seolah warisan pemikiran yang di luar Arab menjadi tidak begitu absah bila digunakan untuk menganalisis teks primer dalam al-Quran dan al-Sunnah. Sedangkan Nurcholis Madjid menggagas perlunya pemahaman baru dalam memahami ajaran agama, yakni agama yang bisa mencerahkan dan tidak terjebak dalam kuasa negara. Islam yang modern, yang bisa menjawab masalah ke-Indonesia-an.

Rekomendasi sangat penting dari ketiga pemikir tersebut adalah perlunya gerakan ijtihad (reasoning of civilization prosses). Ijtihad dalam Islam digerakkan menjadi daya dorong lahirnya peradaban yang agung. Warisan peradaban Islam yang masih tersisa sekarang dalam puing dan artefak sejarah adalah bukti bahwa ijtihad merupakan media paking strategis dalam menggerakan spirit al-Quran dan al-Sunnah. Gagalnya Islam dalam merespon berbagai tantangan global adalah mandeknya gerak laju ijtihad yang telah digelorakan jaman dahulu. Sehingga teks yang ada dalam al-Quran dan al-Sunnah seolah menjadi teks yang kaku dan doktriner.

Gagal membaca gerak laju zaman, bagi Kiai Yudian, umat Islam bisa menjadi kafir ilmiah. Tidak mau mengejar ketertinggalan keilmuan. Yudian ingin agar renassance Islam dimulai dari kebangkitan keilmuan. Keilmuan yang terbentang akan menjadikan Islam sebagai sebagai agama ilmu yang kuat. Akhirnya, umat Islam tidak mudah menyelahkan tradisi pemikiran yang berkembang, termasuk dari Barat.

Sosok Kiai yang Ngayomi

Dari disertasi yang melewati tiga negara itu, Kiai Yudian kemudian tampil sebagai seorang pengasuh pondok pesantren. Nasewea namanya. Saat ini sudah mendirikan SD dan SMP. Ini bukti bahwa selain seorang Rektor, seorang Yudian adalah kiai. Kiai yang menghabiskan waktunya untuk belajar, mulai dari Tremas, Krapyak, IAIN Sunan Kalijaga, McGill Canada dan Harvard University. Saat ini, selain harus fokus menjadi Rektor UIN Sunan Kalijaga, beliau adalah Pengasuh Pesantren Nawesea.

Itulah kiai. Berani bersikap secara tegas, juga sangat moderat dalam menyikapi perbedaan. Selalu berdiri paling depan dalam membela prinsip, juga sangat mengerti kondisi bersikap yang memberikan maslahah buat semua. Kiai memang selalu ngayomi, memberikan ruang nyaman buat semua. Tapi kalau sudah bicara soal membela Pancasila dan NKRI, Kiai Yudian tak pernah suruh untuk selalu terdepan. Itulah warisan ilmu kepesantrenan dari para kiai Nusantara, dan Kiai Yudian sangat paham soal itu.

Maju terus Kiai Prof Yudian, langkah-langkahmu menjadi inspirasi generasi muda bangsa ini! (rd/md/rk/an)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *