Setelah Mbah Moen Bertemu Nabi Khidir, Rahasianya Tersingkap

Keistimewaan Lafadz Allah Menurut Mbah Maimoen Zubair

Setelah Mbah Moen Bertemu Nabi Khidir, Rahasianya Tersingkap.

“Awakmu ora usah ngelek-ngelek wong sing sekolah umum, awakmu ngaji wae sing tenan”.

Itu adalah sepenggal kalimat dari Syaikhona Maimoen Zubair yang mempunyai arti bahwa kita tidak perlu menjelek-jelekkan orang yang bersekolah umum atau kurikulum. Kita sebagai santri cukup dengan sungguh-sungguh dalam mengaji ilmu agama, mempelajari kitab-kitab turast para salafuna.

Dulu saat masih mondok di Lirboyo, sekitar jam sebelas siang Mbah Maimoen mendengar suara yang memanggil beliau dari kuburan Setono Gedong.

Ternyata di kuburan itu ada seorang yang berpakaian seperti petani dan memakai caping. Orang itu berkata: “Kamu cinta sama saya, aku juga cinta sama kamu”.

Orang itu pun melanjutkan berkata kurang lebih: “Sekarang kamu mempelajari ilmu agama melalui kitab-kitab yang berbahasa Arab. Nantinya, kamu akan menemui suatu zaman, pada zaman itu ilmu agama dipelajari menggunakan buku-buku terjemahan. Kamu tidak boleh anti terhadap dengan hal itu. Akan tetapi kamu harus memegang dengan sungguh-sungguh mengaji kitab-kitab berbahasa Arab”.

Setelah berpesan, orang itu kemudian berdo’a sangat lama dan diamini oleh Mbah Maimoen. Setelah berdo’a, orang itu kemudian menghilang. Orang itu adalah Nabi Hidlir Alaihis Salam.

Setelah pertemuan itu, Mbah Maimoen Zubair muda pun terlihat sebagai santri muda yang sangat alim. Akan tetapi beliau pernah dawuh bahwa beliau sangat susah karena terlihat sangat alim setelah pertemuan itu.

Hal itu dikarenakan kealiman dengan model seperti itu tidak bisa diwariskan kepada murid-murid. Walaupun beliau tetap giat dalam belajar dan mengaji.

“Yen pengen ngalim yo ngaji, kerono iku sing dadi warisane poro Nabi”.

Walaupun dengan kesibukan berdakwah, menghidupi keluarga, berbagai ukuran masyarakat dan negara, beliau dengan sungguh-sungguh dalam mengajar, mendidik dan mengaji dengan para santri.

Beliau mendirikan musholla di depan Ndalem sebagai sarana mengaji dan berjama’ah. Dari Musholla itu kemudian menjadi pondok pesantren. Beliau juga mendirikan Muhadloroh sebagai Madrasah dalam pondok.

Syaikhona Maimoen Zubair pun membangun sekolah yang berbasis umum atau kurikulum, seperti Mts, MA, SMK maupun STAI. Disamping itu juga membangun madrasah dalam pondok pesantren, yang di dalamnya terdapat pembelajaran kitab-kitab sebelum dan sesudah selesai pembelajaran di sekolah.

Penulis: Gus Kanthongumur, santri Mbah Moen.

*Melengkapi tulisan Setelah Mbah Moen Bertemu Nabi Khidir, Rahasianya Tersingkap, simak video berikut ini.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *