Santri Itu Mimpi Bertemu Maimoen Kiromim Baroroh

KIROMIN BAROROH

Dia bukanlah santri cengeng, yang gampang menceritakan masalahnya kepada sembarang orang. Sejak kecil, orang tuanya – khususnya sang ibu – mendidik dirinya menjadi orang yang tabah menghadapi masalah.

Dalam kesedihannya tiba-tiba dia bermimpi sowan kepada guru besarnya, Syaikhina Maimoen Zubair.

“Mimpi itu sangat singkat tapi jelas sekali. Aku sowan Mbah. Beliau lenggahan di kursi dan dawuhan keras sekali: Ora usah susah. Ono aku Maimoen kiromin baroroh,” cerita dia.

Dia berusaha memahami mimpinya. Dibukanya kitab tafsir. Ia temukan bahwa kiramin bararah adalah para malaikat yang selalu taat kepada Allah. Sampai disini dia belum bisa memahami mimpinya.

***

Mimpi telah berlalu. Beberapa waktu kemudian dia mengajar kitab bidayatul hidayah karya Imam Al Ghazali. Saat itulah dia ketemu:

والعبد في حق سائر العباد له ثلاث درجات الأولى أن ينزل في حقهم منزلة الكرام البررة من الملائكة

“Seorang hamba didalam hak hamba-hamba yang lain ada tiga tingkatan. Yang pertama dia ditempatkan – dalam hak hamba-hamba yang lain – pada kedudukan malaikat kiramin bararah (yang mulia-mulia dan selalu taat kepada Allah).”

Sampai pada frasa ini dia kaget. Ingatannya kembali pada mimpinya yang sangat singkat tapi jelas itu. Dia kembali terngiang dawuh beliau dalam mimpinya : “Ora usah susah. Ono aku Maimoen kiromin baroroh.”

Bidayatul hidayah telah menjelaskan mimpinya. Perasaannya campur aduk. Hatinya bergetar. Begitu luhur kedudukan guru mulia. Mulutnya terkunci tak mampu meneruskan bacaannya. Air matanya pun bercucuran tak tertahankan di depan jamaah.

Tahukah anda siapa yang berkedudukan seperti para malaikat kiromin bararah?

Imam Ghazali menerangkan dalam bidayatul hidayah:

وهو أن يسعى في أغراضهم رفقاً بهم وإدخالاً للسرور على قلوبهم

“Dia adalah orang yang selalu bekerja untuk kepentingan hamba-hamba Allah, dengan menyayangi mereka dan memberikan kegembiraan di hati mereka.”

Anda kepingin tahu dua golongan berikutnya? Yang kedua adalah mereka yang kedudukannya seperti binatang dan benda-benda tak bernyawa. Tidak bisa memberikan manfaat tapi juga tidak membahayakan.

Yang ketiga adalah mereka yang kedudukannya seperti kalajengking dan ular. Selalu mengancam keselamatan orang lain.

***

Mbah Moen telah menghabiskan masa hidup beliau untuk menyayangi umat. Seluruh hidup beliau didedikasikan untuk kemaslahatan umat. Menuntun mereka meraih kebahagiaan dunia akhirat. Menjaga mereka dari hal-hal yang membahayakan.

Beliau telah rampung melaksanakan tugas dengan begitu sempurna. Kepergiannya membuat sedih jutaan manusia. Lalu bagaimana dengan kita?

Pesan Imam Ghazali: “Kalau dirimu tidak bisa menyerupai para malaikat yang mulai dan selalu taat kepada-Nya maka janganlah kamu turun derajat dari menyerupai hewan dan benda mati, kepada kedudukan hewan-hewan berbisa.

***

Kepada beliau Syaikhina Mbah Maimoen Zubair kiramin bararah, alfatihah….

***