Kualitas guru menentukan kualitas murid. Jika gurunya alim (pintar), amil (jadi teladan), sholeh (seimbang antar hubungan kepada Allah dan sesama manusia), dan mukhlis (tulus karena Allah), maka kualitas muridnya insya Allah baik.
Pengembangan kualitas ini seyogianya menjadi prioritas utama di lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal. Prioritas keniscayaan keberpihakan anggaran dan kesungguhan melaksanakan kegiatan yang diagendakan. Pengembangan kualitas ini bersifat menyeluruh, baik aspek spiritual-moral (rajin shalat wajib-sunnah, jujur, amanah), keilmuan (aktif membaca-berdiskusi-menulis-mengaji), sosial (berjuang dan mengabdi kepada masyarakat), dan manajerial-administratif (mampu memimpin dan menguasai peraturan negara).
Sayangnya, pengembangan kualitas guru kebanyakan belum menjadi program prioritas. Akhirnya, setiap program pengembangan skills siswa tidak berjalan secara optimal dan efektif karena SDM guru yang tidak mendukung.
Termasuk dari ide ini adalah guru Madin NU. Guru Madin NU harus bangga dengan profesi mulia ini sebagai aktor yang menggoreskan tinta emas dlm pembentukan karakter dan keilmuan anak didik supaya mereka menjadi generasi masa depan bangsa yang berkualitas tinggi yang mampu membawa kemajuan bangsa di segala aspek kehidupan.
RMI NU sebagai asosiasi pondok pesantren yang mendapat tugas baru mengelola Madin NU haus memprioritaskan program pengembangan kualitas guru Madin. Dalam bahasa Undang-Undang, kompetensi pedagogik (metodologi mengajar), kepribadian, sosial, dan profesional harus diasah secara maksimal.
Pendidikan dan latihan guru harus dioptimalkan untuk pengembangan Madin secara menyeluruh. Belajar dari India, gedung tidak menjamin kesuksesan anak Didik. Guru yang profesional lah yang menjadi penentu utama kesuksesan pendidikan.
Semoga Madin NU mampu mendinamisir potensi guru-guru Madin supaya mampu membawa anak didik menuju gerbang kesuksesan di masa depan.
(Jamal Ma’mur Asmani, Pengurus RMI-NU Jawa Tengah)