Perlukah Pendidikan Seks Diberikan Kepada Anak?

pendidikan seks untuk anak

Assalamu’alaikum,

Anak saya yang berusia 4 tahun sudah mulai menanyakan kenapa dia dan adiknya berbeda…. “kok punya adik  yang buat pipis panjang dan kakak nggak”… “Kenapa kok nenen mama besar dan papa nggak”…. dan pertanyaan-pertanyaan lain yang sering membuat saya kaget dan bingung untuk menjawabnya. Sebenarnya pendidikan seks untuk anak itu perlu diberikan atau tidak ya? Bagaimana pendidkan seks untuk anak usia 4 tahun seperti anak saya? Mohon jawabannya. Terima kasih.

Bacaan Lainnya

(Mama Arza  –  Bantul)

___________________

Wa’alaikumsalam Wr. Wb.

Terima kasih atas kepercayaannya memanfaatkan rubrik ini ya, mama Arza. Pendidikan seks merupakan pendidikan yang bersifat holistik. Seks adalah segala sesuatu yang menyangkut alat kelamin dan hubungan kelamin. Sedangkan seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut cara berpikir, merasa, berpakaian, mengutarakan pendapat dan bersikap.

Beberapa penelitian menunjukkan pentingnya pendidikan seks ini bagi anak. Tentu saja, polanya tidak mengacu pada pendidikan seks di barat. Tetapi masih berpegang pada moral etika dan agama. Prof. Dadang Hawari mengatakan bahwa pendidikan seks ini merupakan suatu pendidikan tentang jenis kelamin dari bayi hingga seseorang menikah. Sementara Dr. Boyke Dian Nugraha menyampaikan bahwa pendidikan seks yang benar adalah bagaimana seseorang memahami dirinya sendiri dalam berhubungan dengan orang lain. Seorang anak mampu memahami bagian-bagian tubuhnya yang hanya boleh disentuh oleh ibunya dan orang tertentu dalam kondisi tertentu, misalnya dokter ketika si anak sakit.

Dr. Boyke juga menekankan pentingnya kaidah moral dan agama terkait keberhasilan pendidikan seks ini. Karena jika seorang anak/remaja mengetahui tentang seks dari teman atau video atau internet, terkadang malah mendorong hasrat seksual anak untuk mencoba atau melakukan tindakan seks. Dalam konsep keluarga maslahah, orang tua sebaiknya mampu menjadi tempat pertama bagi anak untuk bertanya tentang segala sesuatu. Orang tua mampu memberikan rasa nyaman dan aman kepada anak untuk berbagi tentang segala hal yang akan membawa kemaslahatan bagi anak dan semua anggota keluarga.

Menjawab pertanyaan Mama Arza, pendidikan seks untuk anak itu perlu untuk diberikan dengan memperhatikan kaidah moral dan agama. Pendidikan seks untuk anak TK terkait dengan bagaimana seorang anak memahami dirinya, mencintai dirinya dan menjaga diri/kelaminnya. Fase perkembangan psikoseksual dari Freud, anak usia 4-6 tahun seperti putri ibu adalah fase phalic, dimana pada fase ini  anak-anak mulai tertarik dengan perbedaan anatomik antara laki-laki dan perempuan, mulai muncul keingintahuan tentang asal mula bayi dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan seks.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dan diajarkan terkait pendidikan seks untuk anak usia dini ini antara lain :

  1. Menjadi pendengar yang baik, sebaiknya tidak langsung memotong pertanyaan anak dan bersikap seolah-olah apa yang ditanyakan anak adalah suatu kesalahan sehingga pantas mendapatkan kemarahan/wajah “seram” dari ayah/ibunya. Tanyakan kembali ke anak, kalau menurut mereka kenapa kok berbeda atau pertanyaan lain yang akan membantu ibu memahami sejauh mana yang mereka ketahui sehingga ibu juga tidak perlu memberikan informasi yang terlalu banyak/berlebihan.
  2. Hindarkan untuk mentertawakan atau mengolok-olok apa yang ditanyakan atau disampaikan anak terkait seks ini. Semua pertanyaan sebaiknya dijawab dengan benar, bukan dialihkan dengan hal lain. Akan sangat membantu jika ibu memiliki buku terkait ensiklopedia atau buku anatomi tubuh manusia.
  3. Menyampaikan kepada anak bahwa Allah menciptakan manusia itu berpasangan, seperti halnya ada siang dan malam. Anak laki-laki memiliki penis dan perempuan memiliki vagina. Sebaiknya tidak menggunakan kata pengganti ya ma.
  4. Sampaikan kepada anak bagian tubuh mana saja yang hanya boleh dipegang ibunya dan orang tertentu dalam kondisi tertentu, misalnya dokter ketika anak sakit.
  5. Menumbuhkan rasa malu kepada anak. Ketika selesai mandi, biasakan untuk menggunakan baju mandi atau lilitan handuk yang menutup bagian kelaminnya hingga dada. Biasakan untuk berganti baju di kamar.
  6. Biasakan memakaikan baju sesuai dengan jenis kelamis anak sehingga tertanam maskulinitas pada anak laki-laki dan feminim pada anak perempuan. Munculkan rasa syukur dan kebahagiaan akan jenis kelamin yang telah Allah takdirkan kepadanya, kebaikan-kebaikan apa saja yang bisa dilakukan oleh anak perempuan/laki-laki.
  7. Memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan juga menjadi salah satu bentuk pendidikan seks untuk anak. Dimana mereka memiliki pemahaman akan perbedaan antara dirinya dan adik/kakak nya yang berbeda jenis kelamin. Seperti yang disampaikan Rasulullah SAW dalam sabdanya : “Suruhlah anak-anakmu shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka (tanpa menyakitkan jika tidak mau shalat) ketika mereka berumur sepuluh tahun; dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Abu Dawud)
  8. Mendidik dan mengajarkan untuk menjaga kebersihan dan kesucian alat kelamin. Toilet training dapat diberikan sejak anak berusia 1,5 atau 2 tahun. Ajarkan anak-anak untuk berhati-hati dalam membersihkan alat kelamin setelah buang air kecil.

Demikian jawaban kami, Mama Arza. Semoga bermanfaat. Jika masih ada yang ingin ditanyakan, mohon untuk tidak ragu menuliskan kembali.

Salam Keluarga Maslahah

(Rully)

__________________

*) Rubrik ini dikawal langsung oleh Nurmey Nurul Haq yang akbrab disapa Mbak Rully dan tim Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKK) PWNU DIY, akan tayang di bangkitmedia.com setiap satu minggu sekali. Bagi yang ingin konsultasi seputar keluarga dan anak, bisa mengirimkan pertanyaan ke [email protected].

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *