Perkara yang Paling Berat bagi Mayit Sebelum Dikuburkan.
Dalam sebuah hadis panjang. Bil makna. Entah kenapa mata sedikit pedas. Dikisahkan. Waktu Sayyidah Aisyah santai duduk bersila di rumahnya. Baginda Nabi SAW. datang dan mengucap salam. Sayyidah Aisyah yang ingin bergegas menyambutnya dengan berdiri, dicegah Rasulullah. Agar tetap seperti itu, duduk bersila.
Lalu Kanjeng Nabi duduk didekatnya. Kemudian merebahkan kepala mulianya di pangkuan Sayyidah Aisyah! Tengkuknya diletakkan di paha, telentang lalu tidur! (Ya, Allah. Begitu mesranya. Terus terang waktu membaca ini, seketika teringat nyonya besar dan ingin mempraktekkannya ).
Ketika Baginda Nabi tertidur lelap. Sayyidah Aisyah memandangnya. Menghitung jumlah uban jenggot yang sampai 19 helai. Lalu air matanya menetes membasahi pipi.
Batinnya: “Melihat ini, kemungkinan besar, beliau akan wafat mendahuluiku. Ah, bagaimana umat ini yang ditinggal tanpa Nabi?!” (Dheg! Hatiku terhenyak. Ya, Allah! Apakah ini beda wanita hebat nan cerdas dengan kebanyakan istri?!
Lhaiya. Para istri yeng membayangkan suaminya meninggal, pasti akan memikirkan bagaimana dirinya, anaknya, kehidupannya. Tapi beda dengan beliau. Yang difikir adalah ummat! Dan itu lebih besar dari sebuah negara!)
Tetesan air matanya mengenai wajah Nabi yang mulia, dan beliau terbangun.
“Apa yang membuatmu menangis wahai, Ummal Mukminin?” tanya Bagindan Nabi shallallahu alaihi wasallama (Duh! Begitu memulyakannya beliau pada istrinya. Tidak dengan panggilan nama. Tapi julukan keagungan)
Lalu Sayyidah Aisyah menjelaskan singkat alasannya di atas.
Tiba-tiba.
“Menurutmu, keadaan mayyit yang paling berat, pada saat bagaimana?” tanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallama.
“Menurut Anda. Yang bagaimana, Ya Rasul?”
“Tidak. Aku ingin mendengar jawabanmu.”
“Tiada yang lebih berat ketika mayyit keluar dari rumahnya,” jawab Sayyidah Aisyah, “Ia lihat anak-anaknya mengiringnya seraya berkata: Oh, Ayah. Oh, Ibu. Dan iapun melihat orangtuanya berkata: Oh, anakku.”
“Itu memang berat. Yang lebih berat lagi?”
“Tiada yang lebih berat ketika mayyit diletakkan di kuburnya, ditaburi debu, dan kemudian kerabat, anak-anak, serta kekasihnya pergi meninggalkannya lalu memasrahkannya pada pada Allah dengan segala perbuatannya —di dunia—, kemudian Munkar-Nakir mendatangi kuburnya,”
“Yang lebih berat lagi, Ummal Mukminin?”.
“Hanya Allah dan RasulNyalah yang tahu” jawab Sayyidina Aisyah pertanda ketidaktahuannya.
“Hei, Aisyah. Sungguh! Yang paling berat adalah ketika yang bertugas memandikan mayyit memasuki rumah dan memandikannya. Dia melolosi cincin tanda remaja dari jemarinya. Mencopot baju indah laksana pengantin dari badannya. Menanggalkan surban tanda menjadi syaikh, tanda menjadi orang alim fiqh dari kepalanya, lalu memandikannya …”
Lalu Baginda Nabi shallallahu alaihi wasallama menjelaskan betapa dalam ketelanjangannya, ruh mayyit berkata memelas agar berhati-hati memulasaranya, berpesan pada kerabatnya, mewejang pada jamaahnya dan permintaan banyak lain yang begitu panjang dalam hadis sitiran Syaikh Abdurrahim bin Ahmad Qadhi di Daqaaiqul Akhbarnya hal 11-12.
Demikian tentang Perkara yang Paling Berat bagi Mayit Sebelum Dikuburkan, semoga bermanfaat.
Penulis: Gus Robert Azmi.