Ayah saya H. Ridwan Sururi pernah bercerita:
“Saat itu, saya sowan ke Mbah Moen. Seperti biasa, semua tamu Simbah disuguhi teh. Tak terkecuali saya. Tapi karena saya tidak terbiasa minum teh, (minuman rutin ayah saya adalah kopi dan air putih atau air “jarang” bahasa sarangnya), maka sayapun tidak meminum air teh tersebut. Hingga ketika Mbah Moen menyuruh saya untuk minum tehnya saya pun menolak dengan halus. Cukup Mbah,,, cukup….”
Hingga Mbah Moen menyuruh saya untuk minum teh tersebut sampai tiga kali.
Namun saya tetap menolak. Lalu Simbah dengan agak keras berkata, “Sliramu pengin kaji opo ora? (kamu ingin pergi haji atau tidak?)”
Ayah saya menjawab:
“Njih Mbah, pengin Mbah.”
“Nek Kowe pengin haji, ombenen tehmu! (kalau kamu ingin haji, minum tehmu!)”
Ayah saya melanjutkan ceritanya:
“Lalu akupun menghabiskan teh yang telah dihidangkan.”
Masya Allah, ayah saya tahun depannya bisa naik haji. Karomah Mbah Moen memang luar biasa.
Penulis: H. Atiq Nurur Robbani, Purwokerto.