Namanya Mbah Muhyidin. Nama paspornya Muhyi Kholil Karto. Asalnya Dusun Tanggulboyo Desa Tanggulrejo Kec. Tempuran Kab Magelang. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, 73 tahun, Mbah Muhyi ditakdirkan Allah bisa ziaroh Mekkah Madinah.
Hari ini, 1 Mei 2018 / 15 Sya’ban 1439, saya menjadi saksi semangat beliau dalam menggapai Ridho Allah SWT.
Jam 11 siang sebelum masuk waktu Dzuhur, saya ngajak Mbah Muhyi dan Jamaah yang sekamar dengan beliau untuk Thowaf Sunnah. Kami berlima akhirnya berangkat ke Masjidil Haram untuk melaksanakan Thowaf Sunnah. Selesai Thowaf Sunnah, saya ajak mereka untuk mendekat ke dinding ka’bah. Mohon ampun kepada Allah dan juga mendoakan keluarga masing-masing. Setelahnya, saya tanya, ngersaaken nyucup Hajar Aswad mboten mbah pak? (Mau mencoba mencium Hajar Aswad gak mbah pak? – red). Mereka menjawab, nggih (iya).
Bismillah, saya kawal Mbah Muhyi cs untuk menuju titik Hajar Aswad. Dengan tubuhnya yang kurus kecil, sebenarnya saya khawatir dengan Mbah Muhyi. Apalagi memang tak mudah untuk mencium hajar aswad. Tapi alhamdulillah, setelah melalui proses ndusel-nduselan vs orang-orang yang tubuhnya lebih besar dari postur tubuh kami, dari 5 orang hanya Mbah Muhyi, Pak Khamid dan saya yang berhasil mencium hajar aswad.
Mbah Muhyi saya peluk, merasa bersyukur bisa mencium hajar aswad.
Tiba-tiba, breeeek… Mbah Muhyi ambruk.
Saya teriak memanggil Pak Khamid untuk mengangkat tubuh Mbah Muhyi yang tak sadarkan diri. Kami panik. Kami angkat Mbah Muhyi di belakang Maqom Ibrahim. Melihat kondisinya Mbah Muhyi, kami ambilkan air Zamzam. Kami berikan minum pakai gelas. Tapi not responding, tidak ada respon. Matanya terpejam. Mulutnya terkunci. Tangannya dingin. Spontan, Pak Khamid menangis, saya pun menangis.
Kami bimbing Mbah Muhyi untuk melafadzkan kalimat Tauhid, La Ilaha Illa Allah berulang-ulang. Orang-orang mulai berdatangan memberikan pertolongan. Saya sampaikan ke Mbah Muhyi: “Jika memang Allah berkehendak memanggilmu di sini mbah, di depan Ka’bah, sungguh mulia akhir hayatmu mbah. Apalagi baru saja jenengan melaksanakan Thowaf Sunnah, megang ka’bah dan mencium Hajar Aswad. Bejo jenengan mbah”, air mata kami semakin tak terbendung.
Tiba-tiba, ada orang (saya menduga orang Turki) memberikan Tissu. Dia minta saya untuk mencelupkan Tissu tersebut di Air Zamzam yang kami bawa. Lalu di teteskan air zamzam di sela-sela bibir mbah Muhyi. Satu tetes, dua tetes air zamzam dari tissu masuk ke mulut mbah Muhyi.
Alhamdulillah, ada respon. Matanya mulai terbuka, mulutnya bergerak. Kami minumkan zamzam lagi sebanyak-banyaknya. Tubuhnya kami laburi air Zamzam. Semakin membaik, baik dan baik. Askar/polisi datang, membantu kami dengan memanggil kan dokter.
Alhamdulillah, Allah masih memberikan umur panjang kepada Mbah Muhyi.
وما تدري نفس ماذا تكسب غدا وما تدري نفس بأي أرض تموت
Pelataran Ka’bah, 15 Sya’ban 1439 H
(Penulis: KH Ahmad Zaenal Mubarok, Pengasuh Pesantren Al-Hidayat Salaman Magelang)