Hakikat kehidupan tidak lain adalah menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat sekaligus dalam posisi manusia sebagai khalifatullah fil ardli (pemimpin di muka bumi). Tetapi banyak yang fokusnya hanya dunia saja, malah melupakan akhirat. Maka, manusia harus mempunyai strategi dalam membangun bahagia dunia dan akhirat.
Demikian ditegaskan KH Abdullah Umar Fayumi, Pengasuh Pesantren Raudlatul Ulum Kajen Pati dalam Ngaji selapan dengan alumni pesantrennya di Ketanen Trangkil Pati (18/02).
Terkait strategi menundukkan dunia, Gus Umar – panggilan akrabnya- mengutip hadits qudsi, “Wahai dunia, layanilah orang yang melayani-Ku (Allah) dan buatlah capek orang yang melayanimu (dunia)”
“Manusia sebagai hamba Allah seyogianya menjadi pemimpin dunia (khalifah fil ardli), bukan menjadi hamba dunia. Orang yang mengabdi kepada Allah dengan menegakkan ajaran-ajaran Allah di muka bumi, dia akan menjadi pemimpin bumi dan bumi secara otomatis akan menjadi pelayannya dalam memakmurkan bumi sesuai perintah Allah,” tegas Gus Umar yang pernah nyantri di Pesantren Sarang Rembang.
“Namun, orang yang memburu dunia sampai melupakan tugas dan tanggungjawabnya kepada Allah dan kepada sesama manusia, maka hidupnya akan jauh dari kebahagiaan, sibuk, capek, penuh cobaan, dan dia tidak merasakan kebahagiaan hakiki yang menjadi hidup,” lanjut Gus Umar yang melanjutkan ayahnya KH Fayumi Munji dalam kepemimpinan pesantrennya.
Baca Juga: Manusia Sibuk Mengurus Kebutuhan Jasmani
Dalam diskusi inil, Gus Umar juga memantik gagasan tasawuf sosial. Baginya, tasawuf sosial adalah tasawuf yang diajarkan dan dipraktekkan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam yang bertujuan membangun kehidupan dunia dan akhirat sekaligus.
“Tasawuf tidak hanya berorientasi akhirat saja, karena sejarah perjuangan Nabi menunjukkan, Nabi tidak hanya membimbing spiritual manusia, tapi juga memimpin perubahan di muka bumi dalam bentuk menumpas kebatilan dan kejahatan. Nabi menegakkan keadilan politik, sosial, ekonomi, dan pendidikan yang berbasis ketuhanan, kemanusiaan, dan kebahagiaan hakiki,” tegas Gus Umar yang pernah belajar di Mekah. Ceramah agama. (jm/md)