“Manusia dibatasi oleh umur, namun pikiran-pikirannya akan bertahan melampaui umurnya jika dituangkan dalam tulisan”. Kalimat ini merupakan sebagian ringkasan Taushiyah KH. Aziz Masyhuri dalam temu Santri Al-Aziziyah lintas generasi, 4 Februari 2017.
Topik tentang menulis dalam taushiyah ini sekaligus mereflesikan bagaimana KH. Aziz Masyhuri menempatkan ilmu dalam kehidupannya. Ilmu akan menjadi usang jika tidak terdokumentasi, oleh karenanya pendokumentasian menjadi bagian dari upaya untuk mempertahankan ilmu dan sekaligus menyebarkan kepada orang lain. Pilihan dalam mendokumentasikan ilmu dan pengetahuan ini menjadikan beliau sebagai penulis yang produktif hingga menjelang tutup usia.
Dalam bentuk buku, KH. KH. Aziz Masyhuri setidaknya telah menghasilkan 104 buku berbahasa Indonesia dan 55 berbahasa Arab. Buku-buku ini bervariatif, ada yang sifatnya untuk pendidikan di Madrasah, ada pula yang terkait dengan persoalan ibadah, ada pula yang bersifat kajian kontemporer. Salah satunya berjudul “Menolak Wahabi”. Karya yang sempat booming dan di launching bersamaan dengan Mu’tamar NU di Jombang ini, sekaligus mencerminkan sikap beliau terhadap aliran keagamaan yang dirasa tidak sesuai dengan NU. Buku ini sendiri merupakan merupakan terjemahan dari kitab karya Kyai Faqih Maskumambang yang sejak lama menghilang dari peredaran.
Selain menjadi penulis yang produktif, KH. Aziz Masyhuri juga termasuk orang yang ketat dalam referensi. Ketelitian dalam pembuatan referensi, tercermin dalam salah satu kunjungannya pada koleganya. Saat itu Mahfud MD menjabat sebagai ketua Mahkamah Konstitusi. Dalam kunjungan ini, KH. Aziz Masyhuri menunjukkan sebuah kitab terkait dengan rujukan yang dipakai Mahfud MD di tayangan salah satu stasiun televisi.
Pada tayangan tersebut, Mahfud MD merujuk teks Ibnu Taymiyyah berbunyi “Taqbaa al dawlah al ‘adilah wa in kaanat kaafiratan, wa tafnaa al dawlah al dzaalimah wa in kaanat muslimatan”. Teks ini berbicara tentang pemimpin yang adil (meski kafir) dapat menjadikan negara kuat dan tahan lama, sebaliknya negara akan cepat hancur jika dipimpin oleh yang dzalim dan tidak adil, meski muslim.
Secara substansial, teks yang dirujuk Mahfud MD di atas tidak dipermasalahkan, namun menurut KH. Aziz Masyhuri kurang lengkap dalam referensi. Berdasar kitab yang beliau bawa, pernyataan Ibnu Taymiyah di atas sesungguhnya pernah disampaikan oleh Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah dan beberapa ulama lain, seperti Imam Abul Laits As dalam kitab “Tambihul Ghofilin” dan Imam Al-Ghozali dalam kitab “At Tibrul Masbuk Fi Nasihatil Muluk”. Oleh Ibnu Taymiyyah pernyataan Sayyidina Ali tersebut dibahasakan ulang oleh Ibnu Taymiyyah.
Meski nampak sederhana, namun bagi Mahfud MD yang ditunjukkan oleh KH. Aziz Masyhury ini menunjukkan kalau beliau memiliki integritas keilmuan. Dalam dunia akademik disebut dengan kejujuran akademik dan orangnya disebut berintegritas. Hal ini juga menunjukkan bahwa KH. Aziz Masyhury adalah sosok yang memiliki ketelitian dan ketat dalam membuat referensi.
(Penulis: Ngatiyar, santri Kiai Aziz Masyhuri)