Kisah Waliyullah Gus Miek Merahasiakan Sakitnya.
Kiai Chamim Djazuli Ploso Mojo Kediri, akrab disapa Gus Miek, adalah seorang Kiai yang senantiasa tampil apa adanya. Seringkali Beliau berpakaian necis, tanpa berpeci ataupun bersarung layaknya seorang Kiai pada umumnya.
Beliau bergaul tanpa sekat dengan siapapun. Nasehat dan dhawuh-dhawuh Beliau selalu dinantikan oleh para pengikutnya. Banyak nasehat-nasehat mengalir dari lisan Beliau disertai dengan senyuman dan tanpa kata-kata menghakimi. Hingga banyak orang yang berharap mendapatkan pencerahan dari dhawuh-dhawuh Beliau. Mulai dari kalangan pejabat, artis hingga rakyat jelata, bahkan beberapa nama Kiai besar yang rela menunggu berjam-jam untuk bertemu dengan Gus Miek.
Gus Miek juga terkenal sebagai seorang perokok berat, berpak-pak rokok Beliau habiskan dalam sehari. Bahkan ketika sedang menderita sakitpun, Gus Miek seakan sulit dipisahkan dengan rokok.
Dikisahkan, ketika Beliau sakit dan tak kunjung membaik kesehatannya. Beliaupun menolak keras untuk dibawa ke rumah sakit. Beberapa orang dekat Gus Miek sangat khawatir akan kondisi kesehatannya yang semakin menurun, meski Beliau tak pernah mengeluhkan sakit yang Beliau derita. Hingga dengan berbagai cara dipakai untuk merayu agar Beliau bersedia dibawa ke rumah sakit. Akhirnya, Gus Miek bersedia dibawa kerumah sakit. Itupun dengan syarat, tiada seorangpun yang boleh tahu ataupun menjenguk selain beberapa orang dekat Beliau. Dengan segala pertimbangan yang ada, syarat itupun disetujui dan Gus Miek dibawa ke rumah sakit Budi Mulia Surabaya.
Untuk menghindari pemberitaan dan merahasiakan keberadaan Beliau, nama Gus Miek pun harus disamarkan dan diganti dengan nama lain.
Disebuah kamar rumah sakit Budi Mulia Surabaya, Gus Miek dirawat dengan ditemani beberapa orang dekatnya. Ketika dalam masa perawatan, Gus Miek masih tidak bisa dilepaskan dengan kebiasaan merokoknya. Seringkali Gus Miek keluar dari kamar rumah sakit untuk menghisap rokok. Tak terlihat ataupun terkesan sedikitpun kalau keadaannya sedang sakit parah.
Ketika Gus Miek keluar kamar, maka seorang abdi Beliau, Cak Malik siap menggantikan posisi Gus Miek. Selayaknya seorang pasien, Cak Malik berbaring di tempat tidur dengan berselimut dan menutupi wajahnya, agar tidak ketahuan para perawat dan dokter. Tiap kali ada perawat atau dokter yang masuk, merekapun mendapati sang pasien yang berbaring di tempat tidur. Para perawat dan dokter itupun tidak menyadari kalau yang sedang mereka periksa kesehatannya, mereka suntik dan kadang juga mereka betulkan letak jarum infus itu bukan sipasien yang sebenarnya.
Sedangkan pasien yang asli, Gus Miek berada diluar kamar sedang asyik menikmati rokok. Hisapan demi hisapan rokok dan kebulan asap keluar dari bibir Beliau. Tiada kesan sedikitpun kalau waktu itu Beliau sedang mengidap penyakit yang sangat parah.
Itulah salah satu kisah tentang Gus Miek, kisah salah satu wali Allah yang dijauhkan dari rasa takut selain padaNYA. Dan dengan mudahnya menyembunyikan rasa sakit, sedih dan senang yang Beliau rasakan karena rasa cintanya pada sang pencipta.
Sumber kisah, Wak Kaji Ali Sudirman.
(Mukhlisin)