Kisah Seorang Pendosa yang Berlari Menuju Surga

Kisah Seorang Pendosa yang Berlari Menuju Surga

Kisah Seorang Pendosa yang Berlari Menuju Surga

Pada masa Nabi Musa AS, ada seorang lelaki dari umat beliau yang sering kali melakukan maksiat, tetapi tidak lama setelah itu ia bertaubat kepada Allah. Sayangnya lelaki ini masih terkalahkan dengan hawa nafsu dan angan-angannya sehingga ia selalu mengulangi maksiat-maksiatnya. Namun demikian kesadarannya selalu muncul dan ia kembali bertaubat kepada Allah. Hal seperti itu terus berulang-ulang dilakukannya hingga dua puluh tahun lamanya.

Suatu ketika Allah berfirman kepada Nabi Musa tentang lelaki itu: “Wahai Musa, katakanlah kepada hamba ku si fulan bahwa Aku murka kepadanya!”

Nabi Musa menyampaikan firman Allah tersebut kepadanya, dan ia jadi sangat bersedih. Dalam ketakutannya karena dimurkai Allah, ia lari ke tengah padang yang luas. Disana ia berseru:

“Ya Allah, sudah habiskah rahmatmu, ataukah maksiatku membahayakan dirimu? Ya Allah, sudah habiskah simpanan maghfirahmu (ampunan), ataukah engkau telah kikir dengan hamba-hambamu yang berdosa, dosa manakah yang lebih besar daripada ampunanmu? Ya Allah, kemuliaan ada di antara sifat-sifatmu yang qadim (telah ada sejak awal dan selalu ada, tidak akan pernah berakhir), sedangkan kehinaan ada di antara sifat-sifatku yang hadist (baru, diadakan/diciptakan dan akan berakhir), bagaimana bisa sifatku mengalahkan sifat-sifatmu? Ya Allah, apabila telah engkau halangi hambamu dari rahmat kasihmu, maka kepada siapa lagi mereka akan mengharapkan? Apabila engkau telah menolak mereka, maka kepada siapa lagi mereka akan mengadu? Ya Allah, kalau memang rahmatmu telah habis, dan tidak ada jalan lagi kecuali dengan menyiksa aku, maka pukulkanlah kepadaku semua siksaan yang akan engkau timpakan kepada semua hamba-hambamu, aku ingin menebus mereka dengan diriku!”

Tidak ada yang diucapkannya dalam pelarian dan penyendiriannya di padang luas itu, kecuali kalimat-kalimat dalam munajatnya tersebut. Ia diliputi dengan penyesalan sehingga terlupa, tidak pernah lagi, atau tidak sempat lagi berbuat maksiat. Setelah berlalu beberapa waktu lamanya, Allah berfirman kepada Nabi Musa:

“Hai Musa, pergilah engkau kepada hambaku si fulan di padang sana, dan katakan kepadanya, seandainya dosamu memenuhi bumi, aku akan tetap melimpahkan ampunan kepadamu, setelah engkau mengenaliku dengan kekuasaanku yang sempurna, ampunan dan rahmatku yang tiada batasnya!”

Dalam suatu kesempatan, Rasulullah SAW pernah bersabda, bahwa tidak ada suatu suara yang lebih dicintai Allah daripada suara seorang hamba yang berdosa, kemudian bertaubat, dan ia sangat sering menyeru atau menyebut namanya:

“Ya Allah, ya Allah,…ya Tuhanku, ya Tuhank.”

Maka Allah akan menjawab seruannya, walau hamba itu sendiri tidak mendengarnya: “Ya, ya, (labbaik, labbaik) wahai hambaku, mintalah yang engkau kehendaki, engkau di sisiku seperti sebagian malaikat-malaikatku, aku berada di sisi kananmu, di sisi kirimu, di atasmu dan sangat dekat dengan isi harimu! Wahai para malaikatku, saksikanlah, sesungguhnya aku telah mengampuninya!”

Dalam kesempatan lainnya, Nabi SAW juga bersabda: “Sesungguhnya ada seorang hamba yang melakukan suatu dosa, kemudian ia masuk surga dengan sebab dosa itu.”

Para sahabat yang berkumpul di sekitar beliau tampak keheranan, dan salah satunya berkata:

“Wahai Rasulullah, bagaimana itu bisa terjadi?”

Dengan tersenyum Nabi SAW bersabda: “Karena yang terpampang di depan matanya hanyalah bertaubat dari dosa itu, dan ia terus saja berlari darinya (dari dosa itu) hingga akhirnya ia sampai di surga!”

Demikian Kisah Seorang Pendosa yang Berlari Menuju Surga, semoga bermanfaat

Sumber: Kisah 25 Nabi dan Rasul Allah

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *