Kisah Nyata Keberkahan Haul Kiai Hamid Pasuruan Tahun 2020.
Haul Kiai Hamid Pasuruan tahun 2020 ini berbeda dengan biasanya. Kondisi Pandemi Covid-19 menjadikan Pemerintah Kota Pasuruan meminta agar haul diselenggarakan secara virtual saja. Tentu saja shohibul haul, Kiai Idris Hamid mengiyakan permintaan itu sebagai wujud mentaati peraturan pemerintah dan menjaga kesehatan masyarakat.
Tapi kisah haul tahun 2020 ini memang bukan rencana semata. Karena banyaknya fakta dan kisah nyata yang dialami para santri Kiai Hamid yang didatangi langsung sang guru terkait haul ini. Banyak santri, alumni dan jamaah yang tetap berduyun-duyun untuk mengirim bahan makanan untuk haul.
Kisah ini setidaknya diceritakan 2 santri senior Al-Maghfurlah Kiai Hamid. Diantaranya Kyai Ihsan Ketitang Malang yang didatangi Romo Kiai Hamid dalam mimpinya sekitar 10 hari sebelum Haul. Kyai Hamid dawuh: ” San, ndang terno bumbune.”
Kyai Ihsan yang sangat cinta pada gurunya itu dan setiap tahun memang istiqomah mengirimkan bumbu-bumbu untuk keperluan haul, maka langsung klarifikasi pada putera gurunya, Kyai Idris Hamid, apakah Haul tetap diadakan seperti biasa?
Dengan isyaroh tersebut, Kyai Idris langsungg menjawab dengan mantap: ” Bismillah, Haul tetap diadakan seperti biasanya.”
Ada juga isyaroh yang diterima Ustadz Mahrus Lumajang. Ust Mahrus bermimpi, di Pondok Salafiah diadakan Haul Romo Kiai Hamid. Tapi pada saat itu, Kiai Hamid juga hadir, duduk di teras Ndalem Beliau. Ust Mahrus heran, ini Haulnya Romo Yai, tapi beliau juga hadir di situ.
Akhirnya Ust Mahrus memutuskan untuk ikut antri bersalaman dengan Romo Kiai Hamid, mengamalkan fadlilah “mushofahah” sebagaimana disebutkan dalam Hadits Musalsal.
( من صافحني او صافح من صاحفني الي يوم القيامة دخل الجنة ) او كما قال.
“Barangsiapa yang bersalaman denganku, atau bersalaman dengan orang yang bersalaman denganku sampai hari kiamat, maka dia masuk surga “.
Kisah yang lain diceritakan oleh Kyai Masyhudi Pasrepan, santri Romo Kyai Hamid yang biasanya tiap tahun selalu mengkordinir santri-santri alumni membeli beberapa kambing untuk membantu kebutuhan Haul, yang biasanya butuh sekitar 110 ekor kambing dan 20 ekor sapi.
Tahun ini beliau merasa santai-santai saja tidak mengkordinir dan tidak membeli kambing untuk Haul, karena mendengar Haul tahun ini diadakan secara virtual. Hingga beberapa hari yang lalu, beliau didatangi Kyai Hamid dalam mimpi beliau dan didawuhi:
” Masyhudi, weduse endi kok durung dikirim? Haule pancet koyok biasane. Ayo weduse ndang dikirim nang pondok (Salafiyah).”
(Masyhudi, kambingnya mana kok belum dikirim? Haulnya ajeg seperti biasanya. Ayo kambingnya segera dikirim ke pondok (Salafiyah).”
Seketika itu juga beliau bangun dan menangis sejadi-jadinya karena merasa bersalah tidak mengirim kambing untuk Haul Sang Guru seperti biasanya. Beliau pun segera mengecek dan mengambil semua uang pribadinya, yang ditemukan hanya ada Rp 20 juta untuk dibelikan kambing semua dan dikirimkan ke pondok Salafiyah demi hurmat Haul Sang Waliyullah.
Kisah tersebut diceritakan oleh salah seorang santri Kyai Masyhudi kepada Kyai Idris Hamid kemarin lusa ketika mengirimkan kambing yang dibeli. Kyai Idris pun bertanya, “Lha Kyai Mashudi mana?”. Si santri menjawab : “Ajrih Kyai, tirose ajrih dipun dukani Mbah Kyai Hamid maleh.” (Takut kyai, katanya takut kalau dimarahi Mbah Kiai Hamid lagi).
Bahkan diceritakan, bahwa karena barokah setelah membelanjakan Rp 20 juta untuk beli kambing Haul itu, uang beliau Rp 200 juta lebih yang dianggap hilang karena ditilap orang akhirnya kembali. Subhanallah..
Itulah Kisah Nyata Keberkahan Haul Kiai Hamid Pasuruan Tahun 2020 ini. Makanya, suatu kali Kiai Idris Hamid pernah berkata.
“Haul niki sing slametan Kyai Hamid piambek sanes kulo. Kulo namung bantu Kyai Hamid. Sing ngundang nggeh Kyai Hamid piyambak. Mosok tiyang ewonan sak menten kathahe dugi kulo paringi undangan siji-siji ? Sedoyo sebab cinta kaleh Kyai Hamid, kepingin gandolan kaleh Kyai Hamid lan angsal barokahe Kyai Hamid”.
Para kekasih Allah itu sepertinya sudah wafat jasadnya, tapi keberkahannya terus mengalir tanpa henti. Alfatihah…
(Mukhlisin)