Kisah Kuda Sayyidina Husain, Dzuljanah Sang Kuda Kesayangan.
Kuda (kuda arab berwarna putih berambut pirang) yang ditunggangi Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib adalah bernama Dzuljanah, merupakan kuda kesayangan Rasulullah SAW yang diberikan kepada Imam Husain.
Ketika Imam Husain tersungkur dan jatuh pada pertempuran Karbala (680 M). Dzuljanah berjalan mengitarinya, melindungi junjungannya dari serangan musuh yang datang. Ia mengusap kepala Imam Husain yang bersimbah darah dengan kepalanya.
Puluhan orang merangsek mendekati Dzuljanah, tapi ia dengan tangkas mengibaskan kaki dan ekornya, bergeliat begitu perkasa, sehingga beberapa orang dan kuda-kuda lainnya jatuh binasa.
Merasa aman Dzuljanah kembali kepada Imam Husain, mengusap-usap darah yang mengalir dari kepala Imam Husain . Ketika melihat Imam Husein sudah sangat lemah, dan ia mendengar beliau menyuruhnya untuk segera pergi meninggalkannya, seketika itu Dzuljanah melengking dengan keras, jeritan, teriakan dan kesedihan yang amat sangat atas perpisahannya.
Kemudian dengan cepat ia lari ke tenda perempuan dan anak-anak. Setelah itu Dzuljanah tidak pernah terlihat lagi.
(Penulis: Muhammad Alfatih Sukardi, alumnus Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang)
_________________________
Semoga artikel Kisah Kuda Sayyidina Husain, Dzuljanah Sang Kuda Kesayangan ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin..
BONUS ARTIKEL TAMBAHAN
Kisah Abdurrahman bin Auf, Sahabat yang Gagal Jadi Orang Miskin!.
“Kalaulah anak Adam lari dari rezekinya (untuk menjalankan perintah Allah) sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya akan mengejarnya sebagaimana kematian itu akan mengejarnya.” (HR Ibnu Hibban No. 1084)
Miskin kaya sudah ada yang mengaturnya. Dan sosok Abdurrahman bin Auf adalah profil seorang sahabat Nabi yang selalu gagal jadi orang miskin. Jika tiba-tiba kondisi ekonomi “down”, saya selalu terhibur (kembali bersemangat) mengingat kisah bisnis Abdurrahman bin Auf, tentang investasinya membeli kurma busuk.
Suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata, Abdurrahman bin Auf RA akan masuk surga terakhir karena terlalu kaya. Ini karena orang yang paling kaya akan dihisab paling lama.
Maka mendengar ini, Abdulrahman bin Auf pun berfikir keras, bagaimana agar bisa kembali menjadi miskin supaya dapat masuk surga lebih awal.
Setelah perang Tabuk, kurma di Madinah yang ditinggalkan sahabat menjadi busuk. Lalu harganya jatuh. Abdurrahman bin Auf pun menjual semua hartanya, kemudian memborong semua kurma busuk milik sahabat tadi dengan harga kurma bagus.
Semuanya bersyukur. Alhamdulillah. Kurma yang dikhawatirkan tidak laku, tiba-tiba laku keras! Diborong semuanya oleh Abdurrahman bin Auf. Para Sahabat Nabi gembira. Abdurrahman bin Auf pun juga gembira. Sahabat lain sungguh gembira, sebab semua dagangannya laku. Abdurrahman bin Auf gembira juga, sebab berharap jatuh miskin!
Masya Allah! Hebat seorang Abdurrahman bin Auf. Coba kalau kita? Usaha goyang dikit, udah teriak tak tentu arah. Abdurrahman bin Auf merasa sangat lega, sebab tahu akan bakal masuk surga dulu, sebab sudah miskin.
Namun. Masya Allah! Rencana Allah SWT itu memang terbaik. Tiba-tiba, datang utusan dari Yaman membawa berita, Raja Yaman mencari kurma busuk. Rupa-rupanya, di Yaman sedang berjangkit wabah penyakit menular, dan obat yang cocok adalah kurma busuk! Utusan Raja Yaman berniat memborong semua kurma Abdurrahman bin Auf dengan harga 10 kali lipat dari harga kurma biasa.
Orang lain berusaha keras jadi kaya. Sebaliknya, Abdurrahman bin Auf berusaha keras jadi miskin tapi selalu gagal.
Jadi, yang banyak memberi rezeki itu datangnya dari kurma yang bagus atau kurma yang busuk? Allah Subhanahu wa ta’ala lah yang memberi rizki.
Pelajaran dari kisah ini sangat spesial buat kita, sebab kisah ini membuat kita harus yakin bahwa rezeki itu mutlak dari Allah. Bukan hanya karena usaha kita itu sudah cukup bagus atau produk kita yang terbaik yang akan memberi kita omzet yang banyak.
Semoga kisah ini dapat menyuntik kembali semangat dalam diri kita semua, yang sedang diuji dalam pekerjaan dan usaha kita, untuk lebih mengutamakan urusan kepada Allah dibanding urusan dunia yang sementara ini. Amin.
Penulis: Abdurrahman Al Ghorib
___________________
Semoga artikel Kisah Abdurrahman bin Auf, Sahabat yang Gagal Jadi Orang Miskin! ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin..
simak artikel terkait di sini
simak video terkait di sini