Kisah Kemasyhuran Syekh Arsyad Al-Banjari dalam Kewalian Guru Sekumpul.
Nama Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dikenang sejarah sebagai sosok ulama’ besar dari Kalimantan. Kisah-kisah hidup Syekh Arsyad menjadi pelajaran berharga bagi semua umat Islam dalam memaknai kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran Islam dan teladan Nabi Muhammad.
Sosok Syekh Arsyad melahirkan anak cucu yang menjadi ulama-ulama besar di Kalimantan dan Nusantara. Salah satunya adalah KH Muhammad Zaini Abdul Ghani (atau akrab disapa Guru Sekumpul). Silsilah keluarga Guru Sekumpul bertemu dengan Syekh Arsyad Al-Banjari dan juga bertemu Sunan Giri. Di sinilah, Guru Sekumpul meneruskan jejak perjuangan para leluhurnya.
Dalam suatu riwayat, saat menghadiri Haul Syekh Muhammad Arsyad al-Banjary (sering disebut Datu Kalampayan), Tuan Guru Salman Jalil yang juga merupakan guru dari Abah Guru Sekumpul menggandeng tangan Abah Guru Sekumpul manakala memasuki kubah Datu Kalampayan. Dalam mata batin rohani, Guru Salman melihat penyambutan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjary berdiri di depan kubah seraya menyampaikan pesan agar menjaga dan mengambil keberkahan dari Abah Guru Sekumpul.
“KH. Zaini Abdul Ghani adalah seorang mujaddid yang hanya akan ada terlahir ulama semisal beliau setiap 100 tahun sekali dalam satu masa.” Ini pesan Syekh Arsyad yang diterima Guru Salman melalui batiniyahnya.
Datu Kalampayan adalah sosok wali masyhur yang saat itu bertugas membawa dan membagi-bagi wilayah atau maqom kewalian, khususnya maqom kewalian bagi anak cucu dzuriat beliau.
Abah Guru Sekumpul sendiri pernah menegaskan bahwa anak cucu Datu Kalampayan banyak yang menjadi wali. Anak cucunya yang bisa ngaji dengan Datu Kalampayan, sebagian besar akhirnya menjadi wali Allah.
“Maqom kewalian itu kepada dzuriat beliau yang mau mangaji dan mengikut jalan datuk-datuknya. Bahkan ada 2 orang sultan yang pernah bertahta di Kerajaan Banjar, yaitu Sultan Sulaiman dan anak penggantinya Sultan Adam Al-Waqsit Billah pun dijadikan Allah sebagai wali karena keduanya menjadi murid dan membantu dakwahnya Datu Kalampayan,” tegas Guru Sekumpul.
Oleh karenanya, lanjut Guru Sekumpul, berkat Datu Kalampayan di Kalimantan ini umumnya dan Kalimantan Selatan khususnya, banyak yang diangkat jadi wali, jadi ulama kharismatik, tuan guru yang menonjol dan masyhur yang rata-rata mereka adalah dzuriat Datu Kalampayan.
“Di Jawa juga sama. Dulu ada Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsy dari Kubah Hijau Keramat Ampel Surabaya. Beliau adalah murid dari Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, pengarang Kitab Maulid Simtudurror. Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsy dengan berkah Maulid Habsyi, datang dari Hadramaut membawa dan membagi wilayah juga, siapa yang dipandang sesuai jadi wali,” kata Guru Sekumpul.
Yang lebih jauh lagi, lanjutnya, adalah sosok Sunan Ampel (Raden Ahmad Rahmatullah). Banyak sekali anak cucu Sunan Ampel yang kemudian menjadi Waliyullah. Bahkan hingga jaman sekarang, anak cucu Sunan Ampel rata-rata yang jadi wali, ulama, kyai kharismatik di Indonesia.
“Sunan Ampel dan yang ada hubungan dengan Wali Songo, semuanya ada hubungan dengan Rasulullah SAW. Karena di tubuh mereka mengalir darah Rasulullah. Inilah keuntungan dzuriat orang sholeh dan keberkahan ada hubungan dengan mereka,” lanjut Abah Guru.
Guru Sekumpul selalu menasehatkan kita agar selalu cinta dan dekat dengan orang-orang sholeh. Dengan dekat itulah kita akan selalu mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. (Abu Umar/Bangkitmedia.com)
_________________
Semoga artikel Kisah Kemasyhuran Syekh Arsyad Al-Banjari dalam Kewalian Guru Sekumpul ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin..
simak artikel terkait di sini
simak video terkait di sini