Kiai Krapyak Tidak Ada yang Dahinya Hitam.
Kiaiku, guruku di Krapyak tidak ada yang dahinya hitam? Apa salah kiaiku? Apa yang benar orang itu? Aku jadi penasaran.
Suatu hari, saya amati dahi Simbah Kiai Haji Zainal Abidin Munawwir ketika malam Ahad Wage bertemu dalam acara mujahadah. Dulu, juga pernah saya perhatikan dahi Simbah Kiai Haji Ali Maksum. Semuanya gak ada yang hitam dahinya. Demikian juga saya amati pada Simbah Kiai Haji Warson Munawwir.
Aku jadi penasaran…
Padahal saya sudah akan mantap tiru-tiru punya dahi hitam, agar saya ada bekas sujudnya. Itu kan dalam Qur’an “siimaahum fi atsaris sujuud”, . tanda bekas sujud kan hitam?
“Sekali lagi, kenapa tidak hitam ya?,” pikir saya.
Lantas saya iseng-iseng, buka-buka kitab tafsir, barangkali saya dapat memahaminya. Di sana… di sana… di sana… sampe 4 X di sana. Saya terkesima, kok tidak ada satupun yang bermakna “dahi hitam”?
Di sana, artinya bersinar, di sana artinya cemerlang, di sana tawadu’, di sana taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah).
Dahi hitam? tidak ada.
Baru saya sadar. Oooo, kalau begitu betul Kiaiku, salah persepsiku.
Ditambah lagi kata Rasulullah: “Aku benci kepada seseorang jika aku lihat hitam-hitam di antara dua mata. Bahkan sahabat Abu Darda’ juga berkata senada dengan sabda Rasulullah, “akan timbul riya’” (silahkan baca Tafsir Al-Misbah karya Prof KH Quraish Syihab).
Sekarang saya sadar, yang betul kiaiku. Aku salah dalam mengartikannya.
Allahu yarham,
Demikian tentang Kiai Krapyak Tidak Ada yang Dahinya Hitam, semoga manfaat.
Krapyak, 28-03-2015.
Penulis: KH Munawir AF, Mustasyar PWNU DIY.