KH Ali Maksum Merestui, KH Aziz Umar Bawa Perjuangan NU di Politik

KH AZIZ umar bersama kh habib syakur, gus fuad krapyak dan kh asyhari abta
KH AZIZ Umar bersama KH. Habib Syakur, Gus Fuad Krapyak dan KH. Asyhari Abta

Profil NU, BANGKITMEDIA.COM

BANTUL- Selama hidupnya Kiai Aziz lebih banyak dihabiskan di medan dakwah Islam. Selain itu juga beliau pernah menjadi guru SD Cepit Bantul selama tiga tahun lalu pada tahun 1972 beliau ditugaskan sebagai guru Agama Islam di SMP Negeri Mulyodadi Bantul. Setelah itu beliau ditarik di kantor Departement Agama Bantul sebagai staf kepala seksi Urusan Agama Islam.

Bacaan Lainnya

Pada tahun 1982 Kiai Aziz berkiprah di dunia politik. Dan menorehkan prestasi atas terpilihnya beliau sebagai anggota legislatif dari fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) selama satu periode. Untuk periode berikutnya tepatnya pada tahun 1987 beliau ditugaskan oleh Nahdlatul Ulama (NU) untuk masuk dalam fraksi Partai Golongan Karya (Golkar) selama tiga periode berturut-turut yakni periode 1987-1992, 1992-1997 dan 1997-1999. Dengan restu Kiai Ali Maksum (Gurunya) beliau menerima tugas tersebut.

Dengan kesibukanya dalam politik tidak membuat Kiai Aziz patah semangat dalam berdakwah. Demi menjaga ke-NUanya Misi Dakwah Islam Kiai Aziz masih sangat konsisten. Semua itu berkat motivasi yang diberikan orang tuanya agar beliau tetap kuat karena apapun usaha yang dilakukan akan selalu mendapatkan cobaan dari Allah, karna itulah semangat Kiai Aziz kian terpupuk.

Semangatnya menjadikan beliau untuk berkeinginan mengubah stigma masyarakat yang menganggap Anak Pesantren tidak mempunyai softskill yang handal. Sehingga pada tahun 1999 beliau dibantu Masyarakat dan tokoh Agama berinisiatif  mendirikan MTs Al-Furqon.

Kenapa Kiai Aziz mendirikan SMK yang notabene adalah sekolah umum?. Sebab beliau sadar bahwa santri-santrinya adalah orang yang menengah kebawah.  Maka beliau berharap dengan didirikanya sekolah tersebut dapat menimba ilmu sebanyak-banyaknya tanpa meninggalkan Pendidikan Agama dan jikalau saja santrinya tidak dapat melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, santrinya sudah mendapatkan bekal untuk berkreativitas. (Saiful)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *