Ketika Warga Papua Mondokkan Anaknya di Leteh Rembang

Ketika Warga Papua Mondokkan Anaknya di Leteh Rembang

Ketika Warga Papua Mondokkan Anaknya di Leteh Rembang

Berdiri pada tahun 1945, pasca masa pendudukan Jepang, pesantren ini semula lebih dikenal dengan nama Pesantren Rembang. Pada awal masa berdirinya menempati lokasi Jl. Mulyo no. 3 Rembang saja namun seiring dengan perkembangan waktu dan berkembangnya jumlah santri, pesantren ini mengalami perluasan sampai keadaan seperti sekarang.

Bacaan Lainnya

Tanah yang semula menjadi lokasi pesantren ini adalah tanah milik H. Zaenal Mustofa, ayah dari KH. Bisri Mustofa pendiri Pesantren Rembang. Kegiatan belajar mengajar sempat terhenti beberapa waktu akibat ketidakstabilan kondisi waktu itu yang mengharuskan KH. Bisri Mustofa harus mengungsi dan berpindah-pindah tempat sampai tahun 1949.

Pesantren ini oleh banyak orang disebut-sebut sebagai kelanjutan dari Pesantren Kasingan yang bubar akibat pendudukan Jepang pada tahun 1943. Pesantren Kasingan pada masa hidup KH. Cholil Kasingan adalah pesantren yang memiliki jumlah santri ratusan orang dan terkenal sebagai pesantren tahassus ‘ilmu ’alat. Santri-santri dari berbagai daerah belajar di sini untuk menuntut ilmu-ilmu alat sebagai ilmu yang dijadikan keahlian khusus macam nahwu (sintaksis Arab), shorof (morfologi Arab), balaghoh (stilistika).

Setelah mengantar keponakannya Irwan Tofir dan putranya Ajam Pauspaus mondok di Leteh Rembang (Pesantren Raudlatut Thalibin asuhan Gus Mus, tahun depan Pak Hamzah akan memondokkan lagi putrinya.

Banyak cerita lucu yang kami obrolkan saat itu. Hingga lupa, sudah berapa cangkir kopi yang kami habiskan. Selepas tertawa, satu sruput kopi. Begitu dan seterusnya.

Ah, sudahlah, lupakan saja sruputan kopi itu. Yang masih terngiang dan menjadi impianku adalah tawaran Pak Hamzah,

“Nanti kapan-kapan kalau ke Sorong Papua, saya ajak ke Raja Ampat. Di sana ada satu pulau yang dikelola kawan baik saya. Nanti berkeliling alam sepuasnya dan menginap di sana. Gratis, saya yang jamin..!”

“Wah, Pak Hamzah ini rupanya paham kalau saya suka yang gratis-gratis” 😜

“Dari tampangnya sudah kelihatan” 😂

Begitulah sebagian obrolan dan guyonan dengan saudaraku dari Papua. 

Demikian Ketika Warga Papua Mondokkan Anaknya di Leteh Rembang, semoga bermanfaat.

Penulis: Kyai Wahyu Salvana, Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *