Kenapa Saya Bersedia Jadi Pengurus PWNU Jawa Timur?

sidogiri

Kenapa saya bersedia diangkat menjadi Wakil Syuriah PWNU Jawa Timur ?

Pertama, saya sebenarnya monolak dan merasa keberatan, karena saya merasa kurang pantas dan tidak mempunyai kemampuan di posisi ini. Dan lagi, dulu waktu saya pamit boyong dari PP. Al-ANWAR Sarang didawuhi Hadratu Syech KH. Maimun Zubair: 

“Gus.. jenengan mboten usah derek-derek politik, senaos teng NU boten usah derek dados pengurus, kersane jenengan saget istiqomah muruk santri, kejobo menawi jenengan sanget dipun parloaken NU. (Gus. Panjenengan tidak usah ikut-ikut politik. Termasuk di NU tidak usah ikut jadi pengurus. Biar penjenengan bisa istiqomah mendidik santri. Kecuali jika panjenengan sangat diperlukan NU).

Karena waktu pelantikan mepet saya tidak sempat sowan kepada Hadratus Syech KH. Maimun, akhirnya saya menyuruh teman santri untuk istikhoroh ke maqbaroh Syaichona Moch Cholil bin Abd. Latif Bangkalan sampai tiga malam. Dalam mimpinya dia didawuhi Syachona Cholil: kabele dek Abd. Adhim soro maju jek sampek mundur (sampaikan kepada Abd. Adhim suruh maju jangan sampai mundur).

Dengan segala kekurangan dan keterbasan saya terpaksa saya harus bersedia.

Setelah pelantikan saya sowan ke Hadratus syech KH. Maimun Zubair untuk menghaturkan masalah saya ini. Sebelum saya matur, beliau langsung ngendikan: Masio yo opo NU kuwe tinggalani poro wali yo wajib dijogo (bagaimanapun NU itu warisan para wali, ya wajib dijaga).

Saya menjadi bertambah mantap atas kewalian beliau, belum matur sudah dijawab duluan. Bukan hanya sekali ini saya menemukan keanehan-keanehan beliau.

Semoga kita senantiasa medapatkan kucuran barakah dari Syaichona Cholil dan Syaichona Maimun serta para Muassis NU. Amin.

(Penulis: KH Abdul Adhim Kholili, salah satu Pengasuh Pesantren Sidogiri dan saat ini menjadi salah satu Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur)

* KH Abdul Adhim Kholili masih keponakan KH. A. Nawawi Abdul Djalil, Pengasuh Pesantren Sidogiri saat ini. Salah satu alumni Sidogiri saat ini menjadi Rais Aam PBNU, yakni KH Miftachul Akhyar Surabaya. 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *