Kata Gus Dur, Kiai Mudjab itu Kiai yang Luar Biasa

gus dur dan kiai mudjab

21 Ramadhan 16 tahun silam. Sedianya, hari itu Gus Dur bermaksud melakukan lawatan ke negeri Sakura, Jepang, bersama Jendaral Wiranto. Hanya saja beliau mesti merescedhule lawatan ini oleh karena menerima kabar duka berpulangnya ke Rahmatullah, sosok yang oleh banyak kalangan dianggap sebagai kembaran beliau, yaitu al-Maghfurlah KH. A. Mudjab Mahalli, Pendiri Pesantren Al-Mahalli, Brajan, Wonokromo, Pleret, Bantul.

Sesampainya di rumah duka, komplek Pesantren Al-Mahalli, dan setelah mengerjakan shalat Jenazah, Gus Dur duduk di kursi yang telah disiapkan, tepatnya di teras Asrama Santri Putra Pesantren Al-Mahalli, sebelah barat Ndalem, menghadap ke halaman pesantren di mana di sana telah dipenuhi oleh para tamu ta’ziyah.

Tanpa didahului ceremoney, pada saat itu pula beliau segera menyampaikan sambutan belasungkawa. Beliau sama sekali tak menduga akan secepat ini berpisah dengan KH. A. Mudjab Mahalli di alam fana ini.

Sebagaimana umumnya sambutan bela sungkawa, beliau pun mengurai banyak tentang sisi-sisi positip yang dimiliki oleh KH. A. Mudjab Mahalli. Dan dengan nada agak serius terucap kata-kata dari beliau, bahwa: Kiai Mudjab adalah Kiai yang Luar Biasa.

Ungkapan ini beliau sampaikan bukan sebatas klise, atau sekedar demi membesarkan hati pada keluarga dan para santri yang sedang berduka. Itu sebabnya beliau bercerita panjang lebar bahwa beliau memberikan kesaksian demikian adalah setelah melakukan ‘penelitian panjang’ tentang siapa Kiai Mudjab.

“Kalau santri memuji kehebatan sesama santri, itu hal biasa. Kalau Kiai memuji kehebatan sesama Kiai, itu juga lumrah. Tetapi Kiai Mudjab ini benar-benar luar biasa, karena yang menilai hebat bukan cuma santri dan Kiai, tetapi juga tokoh-tokoh ‘lain’ (Nonmuslim), seperti Direktur DIAN INTERVIDEI, Th. Sumartana,” demikian diantaranya kesaksian yang disampaikan Gus Dur ketika itu.

Pada kesempatan itu pula, sebagai penghargaan pada jasa-jasa Kiai Mudjab, beliau menjanjikan untuk memberikan beasiswa hingga perguruan tinggi kepada keempat putra al-Maghfurlah KH. A. Mudjab Mahalli, sekaligus memerintahkan pada KH. Arwan Bauis (alm.) untuk mengurus segala sesuatunya.

**

Tahun-tahun pun berlalu, hingga pada suatu ketika penulis memberanikan diri untuk bertanya pada Gus Abdul Halim Muslih (Adik ipar KH. A. Mudjab Mahalli, sekarang Wabup Bantul) perihal beasiswa tersebut. Ternyata dzurriyyah al-Maghfurlah punya pendirian luar biasa dalam hal ini. Jawaban Gus Halim cukup singkat tapi berisi: “Pendidikan anak adalah tanggung jawab orang tua…”

Penulis: H. A. Choiran Marzuki, 

Pengurus Yayasan Al-Mahalli 

Penulis dan Editor Penerbit Pustaka Pelajar

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *