Karomah Mbah Maimoen Disaksikan Santri Saat Bulan April.
Salah seorang Muhibbin Syaikhona Maimoen Zubair bercerita:
Saya mondok kilat di Pondok Pesantren Al-Anwar asuhan Syaikhona Maimoen Zubair. Saya bertempat di kamar Nurul Huda Baru (NH Jadid). Kemudian saya mendaftarkan diri di kantor harian pondok.
Seminggu setelah daftar, Syaikhona Maimoen Zubair memanggil (nimbali) saya. Saya diutus untuk boyong (pulang) ke rumah.
Beliau dawuh: “Cong, Muliho!”. (Nak, Pulanglah).
Saya hanya diam mendengarkan dawuh beliau. Saya masih ingin untuk menimba ilmu beliau.
“Cong, Muliho!”.
Beliau mengulangi dawuh kali. Akan tetapi, saya tetap diam.
“Cong, Muliho!. Kupingmu Krungu Ora?”.
(Nak Pulanglah!. Kamu mendengar apa tidak?”).
Dawuh beliau dengan nada agak tinggi. Seketika saya menjawab: “Njeh. Sam’an Watho’ah”.
“Nek saiki kesoren. Sesok mrene maneh, mangkato!”.
(Kalau sekarang, nanti kesorean. Besok pagi kamu menghadap ke sini lagi, nanti baru pulang!).
Begitulah dawuh beliau. Dan saya jawab: “Njeh”.
Keesokan harinya, saya sowan lagi dan pamit untuk pulang.
“Awakmu cah wingi, Rene Yo!”.
(Kamu, anak yang kemarin saya panggil, ke sinilah!).
Saya dikasih amplop yang isinya banyak sekali. Tetapi di dalam hati saya berkata: “Mbah. Dalem mboten mbetahaken ngeten niki, engkang dalem suwun niku sanad keilmuan njenengan”.
(Mbah, saya tidak mengharapkan seperti ini (uang). Akan tetapi saya mengharapkan sanad keilmuan njenengan).
Gumamku dalam hati.
Seketika itu, beliau dawuh: “Oooo. Karepmu ngono tho!”.
(Oooo. Begitu tho keinginanmu).
Beliau dawuh begitu, seolah-olah sudah mengerti hatiku. Kemudian beliau membacakan sanad keilmuan beliau melalui jalur Syaikh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa Al-Fadani Al-Makki.
Tiga bulan setelah saya boyong dari pondok, saya bermimpi bertemu dengan Syaikhona Maimoen Zubair. Dalam mimpi tersebut beliau memerintahkan untuk membangun sebuah pondok pesantren di bulan April.
“Cong. Bangunen pondokmu, ananging dana mung limang juta!.
(Nak. Bangunlah pondok, akan tetapi dana hanya lima juta).
Setelah bangun, saya berpikir bagaimana membangun pondok pesantren hanya dengan uang lima juta.
Keesokan harinya, ada tukang yang datang ke rumah saya. Ia ternyata terlilit hutang. Ia meminta dipekerjakan. Dan Alhamdulillah sampai sekarang ia dan beberapa tukang lain bekerja selama dua tahun hingga saat ini.
Rizki yang ALLOH berikan kepada saya pun selalu mengalir. Dan saya sangat yakin dengan kewalian beliau.
Sebelum saya pulang untuk boyong, beliau berpesan: “Yen dadi kyai, ojo kenceng-kenceng, ben gak cepet mati”.
Penulis: Kantongumur.
*Demikian tentang Karomah Mbah Maimoen Disaksikan Santri Saat Bulan April , semoga manfaat.