Karomah Kiai As’ad Situbondo Berada di Tiga Tempat dalam Satu Waktu
Pemilik karomah bisa ‘memecah’ badan, hingga mengetahui turunnya hujan. Di timur Pulau Jawa masyhur sesosok figur kenamaan, seorang kiai karismatik, pengasuh pesantren kondang, dengan asma mulia KHR. As’ad Syamsul Arifin. Ya, nama besar kiai yang juga menyandang sebagai pahlawan nasional itu memang banyak hal melatarbelakangi. Diantaranya, adalah anugerah karomah yang melekat pada jiwa mulianya.
Ihwal karomah pada seorang Kiai As’ad, bagi sejumlah orang mungkin tak asing dengan kelebihan-kelebihan luar biasa, yang tak sama layaknya insan pada umumnya. Banyak orang, santri, bahkan beberapa kiai menutur, bercerita, perihal fenomena yang bisa dikatakan “langka”, namun “fakta” bagi beliau, Kiai As’ad.
Kisah yang dirasakan Mas’ud, misalnya. Konon, santri yang biasa bertugas melayani keperluan Kiai As’ad ini dibuat takjub berulang kali, saat mengetahui kelebihan pada penggagas pertama, Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah itu.
Alkisah, suatu ketika Mas’ud diajak Kiai untuk melihat pekerja yang tengah membangun gedung madrasah disebelah barat kantor asrama. Kiai As’ad yang termasuk tipikal kiai perokok, melihat kantong bajunya sudah kosong dari sebiji rokok pun, beliau langsung menyuruh Mas’ud di sampingnya, untuk mengambilkan sebungkus rokok yang bertempat tepat di atas pintu kamar beliau.
Mendengar titah itu, dengan sigap nan cepat Mas’ud berlari menuju dalem, tepatnya kamar pribadi kiai, tempat penyimpanan rokok tadi. Jarak antara pembangunan gedung madrasah dengan kamar bisa dibilang sedikit jauh, berkisar 300 meter-an. Sehingga, Mas’ud sebelum menggenggam sebungkus rokok itu, ia harus melewati sudut sudut madrasah dan asrama santri putri.
Keanehan mulai Mas’ud rasakan, tak jauh saat mendekati kamar pribadi beliau. Bagaimana tidak, kiai yang baru saja memerintahnya untuk mengambil rokok di tempat pembangunan, waktu itu juga Mas’ud jumpai di samping kamar, guna memberi pengarahan ihwal kebersihan pada santri putri kala itu.
Rasa kaget itu secepatnya Mas’ud hentikan, karena perintah untuk mengambil rokok harus dengan segera ia tunaikan. Dengan perasaan yang masih ganjil, Mas’ud meneruskan derap langkahnya menuju kamar kiai, untuk mengambil sebungkus rokok tadi. Tepat di bibir kamar, Mas’ud benar-benar terkejut dan kaget bukan kepayang, pasalnya ia juga jumpai sosok Kiai As’ad sedang membaca kitab di dalam kamar pribadi beliau.
Semakin kaget dan terus bertanya-tanya seorang Mas’ud di tempat itu. Terdiam sejenak, lalu ia pun mengurungkan niatnya untuk mengambil sebungkus rokok yang diamanahi kiai. Karena di tengah rasa takjubnya, Mas’ud beranggapan, bahwa Kiai As’ad sudah mengambil sendiri rokok yang sebelumnya diamanahkan padanya.
Mas’ud sedikit lega, karena titah kiai selayang pandang ia anggap telah purna. Mas’ud kemudian kembali, berjalan menyusuri madrasah dan asrama putri untuk menuju ketempat semula, tempat pembangunan gedung madrasah yang sebelumnya ia bertempat dengan Kiai As’ad.
Perasaan yang sempat sedikit lega, harus kembali memuncak saat Mas’ud tak jauh dari tempat pembangunan, menyaksikan Kiai As’ad di dekat material bangunan. Bagaimana tidak, beberapa detik yang lalu ia menyaksikan kiai sedang memberi wejangan di dalem, kemudian membaca kitab dikamar beliau, kali ini ia kembali melihat seorang Kiai As’ad berdiri di dekat pembangunan madrasah. Dan itu, ia rasakan dalam kurun waktu yang sama.
Kali ini, Mas’ud benar-benar merasakan hal yang tak wajar, sebuah pengalaman yang tak pernah ia rasakan semasa hidupnya. Kembali, untuk kedua kalinya Mas’ud menuju kamar kiai, tempat rokok sebagaimana amanah awal padanya. Beberapa depah di kamar beliau, Mas’ud sampai tak tau ingin mengungkapkan apa, rasa takjup yang sungguh besar ia rasakan pada sosok mulia Kiai As’ad.
Kembali, untuk yang kesekian kalianya Mas’ud menyaksikan Kiai As’ad sedang membaca sebuah kitab di hadapannya. Kali ini, dengan sedikit percaya diri Mas’ud berdehem, memberi isyaroh di kamar beliau, beberapa saat sebelum tangannya mengambil sebungkus rokok diatas pintu kamar.
Dengan posisi tak berubah masih di hadapan kitab, Kiai As’ad pun sontak bertanya, “Ada apa Ud?”. Dawuh kiai dengan nada agak keras. Mas’ud yang sebelumnya telah diterpa rasa takjub diluar nalar sebab karomah yang luar biasa ini, sepontan langsung gemetar, rasa canggung bercampur aduk dengan rasa takut ia emban, tepat disamping Kiai As’ad.
“Sobung kiai (tidak ada kiai)” tanggap lentur Mas’ud, usai mendengar pertanyaan Kiai As’ad tadi. Dirasa kiai tak kembali bertanya, perlahan Mas’ud melangkahkan kakinya, keluar dari kamar pribadi kiai. Tak lama berselang, Mas’ud pun bercerita, mengungkapkan pada teman dan gurunya, ihwal rasa heran dan takjub terhadap Kiai As’ad tersebut.
Itu, sebuah karomah Kiai As’ad yang pernah dialami oleh salah seorang santrinya. Tak kalah mengejutkan dari cerita Mas’ud, sebuah kisah non fiksi perihal karomah kiai juga datang, yang disaksikan sejumlah pasang mata, lebih tiga dekade silam.
Demikian Karomah Kiai As’ad Situbondo Berada di Tiga Tempat dalam Satu Waktu. Semoga bermanfaat.
Nb: Dianotasikan dari sumber autentik, termasuk dari penyampaian masyayekh Sukorejo.
Perajut kata, Fauzan Ardiansyah. Cowok Bondowoso, santri Sukorejo.