Ahad pahing (21 Juli 2019) selepas subuh. Ponsel penulis berdering. Suara parau seorang pria terdengar. “Pak, kula nyuwun didongakke. Kula sampun mboten kuat…” ujarnya.
Rupanya tetangga satu RT. Kami pun bertandang ke rumahnya. Dengan didampingi sang istri, yang juga nembe gerah (sedang sakit), si suami terbaring tak berdaya di atas kasur. Mengerang, menangis menahan sakit luar biasa. Maklum jari-jari di kedua kakinya baru saja diamputasi.
“Kula sampun mboten kuat, Pak, namung doa ingkang saged menyembuhkan…” ujarnya lirih begitu mengetahui kedatangan penulis.
“Mari istighfar, Pak..” kami coba menenangkan. Kami belai kepala si bapak. “Astaghfirullah hal ‘adzim…” terus berulang-ulang. Jadilah pada pagi itu, kurang lebih satu jam, kami bertiga berdzikir kepada Allah. Kami mencoba mengawali dzikir dengan bertawasul kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, lalu para auliya, juga kirim hadiah fatihah untuk leluhur si bapak. Standar mengawali doa karena hanya itu yang kami bisa.
Fatihah, ayat kursi, tahlil, dan rangkaian kalimah thoyyibah kami panjatkan. Dan diakhiri dengan doa kami langitkan pagi itu. Ditutup Sholawat Thibbil Qulub yang harapannya dapat menyembuhkan penyakit dan duka lahir-batin.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا . وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا . وَنُوْرِ اْلأَبْصَارِ وَضِيَائِهَا . وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
Seusai doa, kami mencoba sedapat mungkin menghiburnya. Juga teringat wejangan para kiai, bahwa sakit yang diderita orang mukmin akan menjadi penebus dosa-dosanya selama ini. Apalagi jika sampai meninggal, maka satu hari yang dilewati dengan rasa sakit luar biasa, akan menebus satu tahun penuh dosa dalam hidup kita. “Betapa sayangnya Allah pada kita, Pak…” Beliau menangis, kami pun terharu.
“Kula sakniki sampun ikhlas, Pak, ikhlas menawi ajeng dipundhut…” katanya berulang kali.
Dan, Rabu (31/7/2019), pukul 13.00 WIB beliau wafat. Hari ini Kamis (1/8/2019) akan dimakamkan. Semoga rangkaian dzikir yang kami lakukan pada pagi itu, bisa menjadi wasilah meraih ridlo Ilahi.
Satu catatan kita, doa tetap menjadi senjata ampuh untuk menenangkan hati yang tengah gundah gulana. Apalagi saat menjelang kedatangan malaikat maut. Hanya doa yang mampu menentramkan. Tiada daya dan kekuatan selain dari Allah Swt.
Semoga husnul khatimah, Pak Puji… alfatihah…
Ngoto, Agustus 2019
Bramma Aji Putra, pengurus LTN PWNU DIY.