KH. Ahmad Marzuqi Romli atau Mbah Marzuqi Giriloyo semasa hidup berdakwah dari satu tempat ke tempat lainnya. Beliau memulai dakwah jauh sebelum Jepang menjajah Indonesia, yakni pada tahun 1931. Sementara Jepang masuk Indonesia tahun 1942. Bahkan jauh sebelum peristiwa serangan umum 1 Maret 1949 meletus di Yogyakarta.
Daerah dakwah Mbah Marzuqi yang paling luas ada di Gunungkidul, karenanya nama beliau begitu familier disana. Masyarakat pun sampai memiliki julukan tersendiri terhadap Mbah Marzuqi, yakni “Mbah Wali”. Bagi masyarakat Gunungkidul, Mbah Marzuqi ditempatkan layaknya bapak mereka. Hal ini karena beliau begitu dekat dan mengayomi masyarakat. Saking dekatnya, di setiap momen haul Mbah Marzuqi, masyarakat Gunungkidul berbondong-bondong datang. Itu masih terjadi hingga hari ini.
Semasa hidup, Mbah Marzuqi adalah Mursyid Thariqoh Syathariyah yang memiliki kekayaan melimpah. Tercatat, beliau sampai memiliki 400 ekor kambing. Pada zaman itu, kambing dengan jumlah tersebut jelas besar kalau dihitung secara nominal. Beliau lagi sawahnya yang mencapai luas 7 hektar, serta sapi yang jumlahnya mencapai sekitar 150 ekor. Bisa diperkirakan betapa beliau adalah ulama yang kaya raya.
Dari sapi-sapi itu, Kiai Marzuqi pernah menjual 25 ekor untuk membiayai putranya, yakni KH. Asyhari Marzuqi (Rais Syuriah PWNU DIY periode 1992 – 2004), ketika hendak belajar ke Baghdad. Kisah ini diabadikan dalam buku Mata Air Keikhlasan, Biografi KH. Asyhari Marzuqi karya Ahmad Munir, dkk.
Baca juga : Kesaksian Gus Miek atas Kewaliyan Mbah Marzuqi Giriloyo
Soal kaya harta ini, Mbah Marzuqi memiliki prinsip tersendiri. Dalam pandangan beliau, kalau ulama kaya, maka mudah untuk mempraktekkan syariat Islam dan bisa memberi contoh kepada masyarakat. Bukan hanya soal haji saja, tapi juga soal zakat. Hal ini dipraktekkan sendiri oleh Mbah Marzuqi dengan zakat kambing tiap tahunnya. Karenanya, beliau bisa memberi contoh langsung kepada masyarakat tentang pembayaran zakat.
Jadi, kekayaan Mbah Marzuqi bukan terlahir karena sifat tamak dan rakus terhadap dunia. Tetapi kekayaan itu beliau jadikan untuk sarana berdakwah di tengah-tengah masyarakat. (An/Md/Rk)
*) Tulisan ini merupakan hasil wawancara tim bangkitmedia.com dengan KH. Ahmad Zabidi Marzuqi, putra KH. Ahmad Marzuqi Romli, pada Senin (12/3/18)