Ihya Hujjatul Islamnya Al-Ghazali, adalah standar kajian di kalangan Ahl Sunnah wal Jamaah, terlebih an-Nahdliyah. Tentunya, parameter dalam kajian ruhani, kajian tasawuf.
Menikmati pergulatan hidup shahibil ihya, adalah hal yang menyenangkan, ada desire yang menggairahkan. Seperti di hadapan prasmanan kuliner, yang membuat “ngiler” dan berkeinginan melahap sepuas puasnya. Dimana sang Muallif yang berselancar, dari titik kajian lahiriyah, hinggap di dimensi filsafat, yang memanjakan rasionalitas dan intelektual.
Pada kulminasinya, ada secercah ragu. Seolah di tengah mengunyah pelbagai masakan, tiba tiba lidah menemukan rasa hampa sebuah masakan. Mungkin ada hal yang lupa, kurang sempurna dalam komposisi menaburkan garam. Sehingga keadaan itu, menggerakkan sang penulis ihya, bergeser dan menemukan kenyataan, untuk mencicipi dunia ruhani. Dan, sampai pada kesimpulan, bahwa ruhani, adalah esensi dari kehidupan, yang inheren dengan manusia.
Dengan catatan, sang penulis, mengharuskan adanya keberimbangan, harmonitas antara sisi eksoterik dan isoteris. Karena prakteknya, di luar Ihya, banyak kutub ekstrimitas, entah yang eksoteris ansich, dan sebaliknya. Lahirlah sebuah “kengerian” peradaban.
Tasawuf adalah Jalan Spiritual. Ia adalah anak tangga, menuju pendakian kepada capaian tertinggi, Tuhan. Mengkaji tasawuf, berarti upaya menemukan sepihan peta, dan di gunakan sebagai guide menyusuri lorong ruhani kehidupan. Berisi paparan teoritis, paradigma, konsepsional dari latihan spiritual, masing masing penempuh.
Kopdar Ngaji Ihya, suluh yang ditempuh oleh Mas Kyai Ulil Abshar Abdalla, menjadi menarik dan menjadi sesuatu yang istemewa selama 3 tahun terakhir di dunia sosmed, dengan santri virtual yang berlatar disiplin warna warni. Menurut subjektif saya, “rasa menarik” itu, karena latar belakang pengasuh kopdar, mas Ulil itu sendiri.
Persis, shahibil Ihya, pergulatan dan akrobat hidup. Lintas dari titik kulminasi rasional, yang mana dekade 2001, Mas Ulil dibaptis sebagai tokoh Islam liberal. Menuju tangga tertinggi capaian kehangatan ruhani sufisme, musyahadah. Sungguh peralihan, yang menimbulkan decak, kekaguman bagi penikmatnya. Wasangka bagi yang mulai awal mencurigai dengan kebencian berlebih.
Penulis: Akhmad Fuad Junaidi.