Gus Miek dan Rahasia Karomahnya di Masa Belia

Motor Diisi Air Teh Hangat, Karomah Gus Miek Saat Kehabisan Bensin

Simbah KH Ahmad Djazuli Usman adalah pendiri Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri. Dalam hal mendidik putra-putrinya, beliau tidak membedakan antara putra yang satu dengan yang lainnya termasuk kepada Gus Miek.

Suatu ketika, Pak Zaid dari Blitar adalah seorang santri Mbah Kyai Djazuli yang sudah senior dan mendapatkan amanah dari Mbah Kyai Jazuli untuk mengajar ilmu alat (nahwu) yaitu Al Jurumiyah kepada Gus Miek.

Sebelum kisah ini saya lanjutkan, perlu diketahui bahwa saya (Ahmad Nazili Malang) mendapatkan kisah ini dari Gus Nur Habib Ngawi (Huffadh Semaan) pada waktu acara sema’an Al Qur’an Jantiko Mantab di Kabupaten Sidoarjo. Gus Nur Habib mendapatkan kisah ini dari Pak Zaid Blitar ketika bertemu dengan beliau di kediamannya Gus Ahmad Sholihi (Huffadz Semaan ) Ngreco Kediri. Kisah ini disimpan sangat lama sekali oleh Pak Zaid, mulai dari masa kanak-kanak Gus Miek sampai wafatnya Gus Miek.

Setelah Pak Zaid mendapatkan amanat dari Mbah Kyai Djazuli, lalu beliau menemui Gus Miek untuk memberitahukan perihal amanat yang diembannya. Ketika pelajaran Al Jurumiyah dimulai, Gus Miek berkata kepada pak Zaid : “Coba anda bacakan awalnya, pak.”

Pak Zaid pun membacakan awal pelajaran Al Jurumiyah.

“Coba bacakan pelajaran yang bagian tengahnya,” lanjut Gus Miek.

Pak Zaid membacakan dengan sabar dan telaten sesuai dengan permintaan Gus Miek. Sampai ketika Gus Miek meminta dibacakankan bagian akhir dari pelajaran Al Jurumiyah, sekaligus dibacakan doa, tanpa terpikir oleh Pak Zaid dan betapa tercengangnya, ketika Gus Miek menerangkan kitab Al-Jurumiyah dengan panjang lebar dan gamblang, bahkan keterangannya lebih lengkap dan lebih luas daripada ilmu yang dimiliki Pak Zaid. Padahal secara kasat mata, Gus Miek belum pernah belajar ilmu Al Jurumiyah kepada siapapun.

Keesokan harinya, Pak Zaid dipanggil oleh Kyai Djazuli di kediamannya.

“Apakah kamu sudah mengajari Gus Miek?” tanya Mbah Kyai Djazuli.

“Sudah Kyai. Gus Miek itu sudah bisa Kyai, bahkan beliau menerangkannya lebih luas daripada ilmu yang saya miliki.”

Mendengar jawaban dari Pak Zaid, Kyai Djazuli bukan malah senang dan percaya, tetapi tetap memerintahkan Pak Zaid untuk mengajarkan ilmu Al Jurumiyah kepada Gus Miek. Namanya seorang santri, tidak berani membantah kyainya, Pak Zaid hanya berdiam diri dan mohon pamit sambil berkata : “Ya Kyai, insya Allah.”

Ketika baru saja keluar dari pendopo pondok pesantren, tanpa disangka oleh Pak Zaid, tiba-tiba Gus Miek muncul dan berkata kepada Pak Zaid:

“Awas! anda jangan cerita kepada siapapun juga.”

“Siap, Gus.”

Menurut keterangan dari Pak Zaid Blitar kepada Gus Nur Habib Ngawi, Gus Miek ketika itu masih berusia sekitar 6 atau 7 tahun.

Penulis: Ahmad Nazili, Malang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *