Gus Dur, Selamanya Panjenengan Ada di Hatiku

gus dur

Izinkan sedikit bercerita. Tanggal 27 Desember 2009 Ahad dini hari di ruang 105 ( kalau tidak salah) Gedung B RSCM beliau terbangun setelah membereskan selimut, beliau pun bertanya, “kamu pengin apa?”

Sayapun menjawab: “Tidak ingin apa apa. Yang penting panjenengan sehat Pak.”

Sejenak beliaupun diam kemudian berkata, ” Selama ini saya tidak pernah memanjakanmu sebagaimana saya tidak pernah memanjakan anak anak saya.”

“Gih Pak, matur nuwun”. Jawabku singkat. 

Lalu beliau menjelaskan tentang beberapa Mursyid Toriqoh, tentang Mbah Hasyim Asy’ari dan Mbah Bisri Syansuri tentang kunjungan beliau ke Baghdad tahun 1991, ziarah ke Makam Sulthonul Auliya Syekh Abdul Qodir Al Jilani serta pembaiatan beliau sebagai Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah se Asia Tenggara. 

Sebelum melanjutkan ceritanya, saya pun memotong dengan mengatakan,” Sampun bakda subuh pak, panjenengan sare rumiyin” ( sudah selesai subuh pak, panjenengan istirahat dulu).

Beliau pun mengiyakan dan berpesan mengko isuk ana tamu disuruh masuk saja.

“Iya pak,” jawab saya.

Dan paginya memang ada tamu, Alm Pak Imam Mudzakir, Kang Niam Salim dan Gus Nuril Arifin.

Selamanya panjenengan ada di hati saya. Dan keinginan panjenengan dibacakan surat Al Fatehah oleh setiap orang sudah terwujud. Setidaknya oleh warga NU.

30 Desember 2018 

Penulis: Nuruddin Hidayat, santri Gus Dur.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *