Dzikir Batiniyah Mbah Maimoen Seperti Dzikirnya Rasulullah SAW

mbah maimoen dan gus ubab maimoen

Simbah KH Maimoen Zubair wafat pada 6 Agustus 2019 di Makkah dan dimakamkan di Jannatul Ma’la Makkah. Saat itu, setiap malam diadakan tahlil di Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang. Para putra Mbah Moen menyampaikan sambutan atas nama keluarga. Setiap malam, selepas pembacaan tahlil dan doa, selalu ada sambutan atas nama keluarga dan mauidzoh hasanah yang disampaikan para kyai dan habaib yang hadir.

KH Abdullah Ubab Maimoen, putra tertua, menjadi sosok yang pertama dinantikan para santri dan warga yang hadir. Sosok Gus Ubab, panggilan akrabnya, dikenal ‘alim dan sufi, juga pernah ngaji kepada Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki al-Hasani al-Makki.

“Saya mengucapkan terima kasih atas semua pihak yang telah hadir dan membantu semua proses yang terkait dengan wafatnya bapak kulo, Simbah Kyai Maimoen Zubair. Saat ini, para putra Kyai Maimoen ada yang di Sarang dan di tanah suci. Yang lima di Sarang, yang lima di Makkah,” tegas Gus Ubab pada Senin, 12 Agustus 2019 atau pada tahlil malam ke-7.

“Semoga apa yang dilakukan ini diterima Allah SWT. Semoga yang dilakukan ini buat menyenangkan Mbah Maimoen, juga membuat senang panjenengan semua. Kalau ada gangguan-gangguan, saya mohon maaf. Seperti Kyai Mustofa Bisri yang juga rawuh pada hari ketiga, malah pakai sepeda motor,” lanjutnya.

Gus Ubab juga menegaskan bahwa keluarga mengucapkan terima kasih dan meminta maaf atas segala kekurangan dan gangguan. Dengan harapan, semoga amal sholeh semua diterima Allah dan menjadikan bangsa ini menjadi bangsa baldatun thoyyibatun warabbbun ghofur.

“Saya minta doa, semoga yang ditinggalkan Mbah Maimoen bisa diteruskan dan ditingkatkan. Terlalu besar Mbah Maimoen meninggalkan banyak hal. Dengan doa panjenengan semua, semoga apa yang dicita-citakan Mbah Maimoen bisa mendapatkan pertolongan Allah SWT,” tuturnya.

Yang susah ditiru dari Mbah Maimoen, lanjut Gus Ubab, adalah dzikir batiniyahnya. Ini sangat sulit ditiru. Kalau dalam tarekat, walaupun tanpa tasbih, dzikirnya Mbah Maimoen sampai bergetar di dada.

“Ini seperti cara Rasulullah. Walaupun dzikirnya sangat pelan, tapi kita semua bisa mendengar. Masya Allah.. ini sungguh luar biasa dan sungguh sangat berat…,” kata Gus Ubab dengan terisak menangis.

Gus Ubab berkaca-kaca sambil menangis, gak kuat melanjutkan sambutan dan akhirnya mengakhiri sambutan dengan salam pada tahlil malam ke-7. (red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *