Dzawin : Hari Ini Santri Bisa Masuk TV Lho….
Dzawin Nur Ikram, santri asal Bogor ini merupakan finalis kompetisi stand up komedi di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. Latar belakangnya sebagai santri, sering ia jadikan sebagai bahan ketika tampil.
Dalam acara Malam Kebudayaan Pesantren di Panggung Krapyak Yogyakarta, pada 10 Oktober 2018 lalu, Dzawin menghibur santri serta penonton lainnya. Dalam penampilannya, Dzawin membawakan materi yang tidak jauh dari kehidupan di Pesantren.
“Dulu saya sebelum masuk TV, saya tidak pernah membahas santri. Akhirnya setelah masuk stand up komedi, saya mencoba untuk menjadi santri karna untuk mengenalkan kepada Indonesia bahwa santri itu enggak kumuh, gue juga bisa masuk tv,” ujar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah ini.
Dzawin menceritakan, salah satu maqolah kiainya ketika wisuda, “jadi apapun jangan lupa kalau asalnya adalah santri”. Oleh karena itu, jadi seorang santri supaya hebat itu adalah yang paling utama, bukan kemampuan, yang pertama adalah attitude, yang kedua adalah bagaimana cara kita mencari kesempatan. “Hak itu diminta bukan dikasih, itu hak, apalagi kesempatan. Kesempatan itu harus dikejar, jangan ditunggu,” tuturnya.
Selain menghibur, Dzawin juga menyelipkan beberapa pesan bagi santri. Salah satunya “Kesempatan tidak datang dua kali, tapi kesempatan datang kepada siapa aja yang tidak pernah berhenti mencoba”. (Yuli)
___________________
Semoga artikel Dzawin : Hari Ini Santri Bisa Masuk TV Lho…. ini memberikan semangat baru untuk kita, amin..
BONUS ARTIKEL TAMBAHAN
Zainab Ats-Tsaqafiyah, Kisah Sahabat Perempuan yang Kaya Raya
Namanya adalah Zainab Ats-Tsaqafiyah RA. Beliau adalah sahabat perempuan Nabi Muhammad dari golongan bangsawan yang kaya-raya. Zainab berasal dari kabilah Bani Tsaqif di Thaif.
Ia menikah dengan Sahabat Abdullah bin Mas’ud, seorang sahabat Nabi SAW yang tadinya hanyalah seorang buruh penggembala kambing. Islam telah memuliakan Abdullah bin Mas’ud dengan kemampuannya di dalam Al Qur’an, bahkan Nabi SAW memuji bacaannya, tepat seperti ketika Al Qur’an diturunkan. Tentu saja Ibnu Mas’ud hanyalah dari kalangan biasa dan miskin, bahkan kondisi fisiknya ada kekurangan (cacat).
Walau dengan ‘derajat’ duniawiah yang begitu jauh berbeda, Zainab bersedia dinikahi Ibnu Mas’ud, karena ia menyadari kekayaan dan kebangsawanannya belum tentu bisa menjamin keselamatannya di akhirat kelak. Tetapi dengan menjadi istri dan pendamping seorang sahabat yang begitu dimuliakan Rasulullah SAW, ia yakin akan memperoleh keistimewaan masuk surga, asal dengan ikhlas mengabdi pada suaminya tersebut.
Suatu ketika Zainab mendengar Nabi SAW bersabda, “Wahai kaum wanita, bersedekahlah kamu sekalian, walaupun harus dengan perhiasanmu…!!”
Ketika tiba di rumah dan bertemu dengan suaminya, Abdullah bin Mas’ud, ia menceritakan sabda Nabi SAW tersebut dan berkata, “Sesungguhnya engkau adalah orang yang tidak mampu, tolong datang dan tanyakan kepada Nabi SAW, apa boleh aku bersedekah kepadamu, jika tidak boleh, aku akan memberikannya kepada orang lain…!!”
Tetapi Ibnu Mas’ud merasa tidak enak dan malu menanyakan hal tersebut kepada Nabi SAW, karena ia dalam posisi berhak tidaknya menerima sedekah dari istrinya sendiri. Apalagi ia mempunyai kedekatan khusus dengan beliau. Karena itu ia berkata kepada istrinya, “Kamu sendiri saja yang datang kepada beliau dan menanyakannya…!!”
Dengan perintah atau ijin suaminya tersebut, Zainab datang ke rumah Nabi SAW, ternyata di sana telah ada seorang wanita Anshar menunggu Nabi SAW hadir/datang untuk menanyakan hal yang sama dengan dirinya. Seperti telah memperoleh isyarat, Nabi SAW memerintahkan Bilal keluar menemui dua wanita tersebut, dan Zainab berkata, “Wahai Bilal, sampaikan kepada Rasulullah SAW, dua orang wanita menanyakan kepada kepada beliau, apa boleh kami memberikan shadaqah kami kepada suami dan anak-anak yatim yang kami asuh? Tetapi, tolong jangan dijelaskan siapa kami!!”
Bilal masuk kembali menemui beliau dan menyampaikan pertanyaan mereka berdua. Tetapi Nabi SAW justru menanyakan identitas mereka berdua sehingga Bilal tidak mungkin menyembunyikannya, ia berkata, “Seorang wanita Anshar dan Zainab, ya Rasulullah!!”
“Zainab yang mana?” Tanya Nabi SAW.
“Istri Abdullah bin Mas’ud…!!”
Nabi SAW bersabda, “Jika itu yang dilakukannya, kedua wanita tersebut akan mendapat dua macam pahala, pahala membantu kerabatnya, dan pahala shadaqah….!!” Bilal menyampaikan jawaban Nabi SAW, dan tentu saja Zainab beserta wanita Anshar tersebut sangat gembira.
“Ijtihad” mereka tentang shadaqah ternyata dibenarkan beliau, bahkan memperoleh pahala berlipat.
Demikian Zainab Ats-Tsaqafiyah, Kisah Sahabat Perempuan yang Kaya Raya. Semoga Bermanfaat.
Penulis: Amrullah