KH MA Sahal Mahfudh dan KH Maimun Zubair adalah dua pendekar par excellent pesantren. Keduanya menjelma sebagai resi ilmu dan bangsa di bidangnya masing-masing.
KH MA Sahal Mahfudh tampil sebagai icon ushul fiqh dan fiqh dengan segudang karyanya. Thariqatul Hushul ala Syarhi Ghayatil Wushul, Al Bayan Al Mulamma’ An Alfadzil Luma’, Anwarul Bashair ala Al Asybah Wan Nadhair, Intifahul Wadajain Fi Munadharati Ulama Hajain, At-Tsamaratul Hajeniyyah, Nuansa Fiqh Sosial, Pesantren Mencari Makna, Dialog KH Sahal Mahfudh Menjawab Problematika Umat, dan lain-lain menunjukkan kepakaran Kiai Sahal dalam Bidang fiqh, Ushul fiqh, dan kemasyarakatan.
Kiai Sahal memegang posisi strategis dalam konteks keorganisasian. Beliau menjabat Rais ‘Aam PBNU ejak Muktamar Lirboyo 1999, Muktamar Solo 2004, dan Muktamar Makasar 2010. Beliau juga menduduki posisi sebagai Ketua Umum MUI Pusat sejak 2001 sampai 2014. Baik di NU maupun MUI, Kiai Sahal Mahfudh memegang pucuk pimpinan selama 3 periode sampai akhir hayatnya. Kiai Sahal wafat pada Hari JUM’AT, 24 Januari 2014.
KH Maimun Zubair tampil sebagai sosok kharismatik yang dikenal pakar tafsir dan sejarah. Pengajian tafsirnya baik di pesantren atau di tengah masyarakat dibanjiri para kiai, santri, dan segenap elemen masyarakat. Pengajian tafsir ini sebagian sudah direkam di CD pesantren dan banyak dijumpai di YouTube. KH Maimun Zubair mendokumentasikan ilmunya dalam banyak karya. Antara lain: Al Ulama Al Mujaddidun, Tsunami, Syarah Jauharatut Tauhid, Tarajum Ulama Sarang, dan lain-lain.
Pesantren Al Anwar yang dirintis KH Maimun Zubair menjelma menjadi pesantren salaf yang menjadi kiblat kajian kitab kuning di Jawa Tengah. Para santri dan alumninya menjadi kiai dan tokoh yang getol mengajarkan kitab kuning di tengah masyarakat.
Dalam konteks organisasi, KH Maimun Zubair pernah menjadi Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah karena mengganti KH MA Sahal Mahfudh yang harus menduduki sebagai salah satu Rais Syuriyah PBNU hasil Muktamar di Situbondo tahun 1984. Selanjutnya KH Maimun Zubair aktif di PPP dan menjadi Mustasyar PBNU sampai akhir hayatnya. Beliau wafat Hari Selasa 4.17 menjelang shubuh, 5 Dzulhijjah 1440 – 6 Agustus 2019 di Makkah.
Hubungan Erat (Alaqah Bathiniyah)
Dua pendekar pesantren ini mempunyai hubungan sangat erat. Hubungan keduanya saling memuliakan, menghormati, dan mengakrabkan satu dengan yang lain.
Ada beberapa faktor:
Pertama, KH Zubair Dahlan, ayahanda KH Maimun Zubair adalah teman studi KH Mahfudh Salam, ayahanda KH MA Sahal Mahfudh. Keduanya sama-sama studi di Mekah, berguru dengan ulama-ulama besar di sana dan sering terlibat dalam perdebatan sengit membahas persoalan-persoalan agama dari berbagai sudut pandang. Jika keduanya berdebat, waktu panjang terasa pendek dan bahkan harus ada yang menyudahi karena harus segera menunaikan shalat yang waktunya akan habis.
Kedua, KH MA Sahal Mahfudh adalah santri KH Zubair Dahlan, bahkan bisa dibilang menjadi santri kinasih (kesayangan) KH Zubair Dahlan. KH MA Sahal Mahfudh setelah menyelesaikan studi di Pesantren Bendo Kediri di bawah asuhan KH Muhajir, diperintahkan KH Abdullah Salam (pamannya) untuk mendalami fiqh dengan KH Zubair Dahlan.
Menerima anak temannya menjadi kegembiraan bagi KH Zubair Dahlan. Kiai Sahal digembleng dengan keras setiap saat. Waktu mengaji Kiai Sahal Tidak ditentukan. Setiap saat Kiai Sahal harus siap jika dipanggil mengaji. Akhirnya Kiai Sahal all-out menerima pengajaran Kiai Zubair dan tidak berani pergi ke mana-mana karena sewaktu-waktu dipanggil Kiai Zubair harus siap.
Selama di Sarang inilah, kejeniusan Kiai Sahal tampak. Selain mengaji dengan KH Zubair Dahlan, Kiai Sahal juga mengajar para santri. Kitab Thariqatul Husul Kiai Sahal adalah catatan (Ta’liqat) saat Kiai Sahal mengajar Lubbul Ushul di Sarang.
Ketiga, saat Kiai Sahal masih di Sarang ini, KH Maimun Zubair menurut riwayat yang diterima penulis, sudah kembali dari pengembaraan ilmiahnya di Pesantren Lirboyo Kediri dan Haramain. Saat itu ada Dua Gus yang sama-sama alim (pintar) dan disegani santri, yaitu KH Maimun Zubair, anak KH Zubair sendiri dan KH MA Sahal Mahfudh, santri Kiai Zubair. Keduanya sudah sama-sama mengajar santri di Sarang. Tentu, hubungan keduanya sudah terjalin sejak di Sarang ini.
Keempat, saat Kiai Sahal Mahfudh ditunjuk sebagai salah satu Rais Syuriyah PBNU di Situbondo tahun 1984, sedangkan saat itu beliau baru memegang amanah sebagai Rais Syuriyah PWNU Jateng sejak tahun 1982, maka estafet kepemimpinan Syuriyah PWNU Jateng diserahkan kepada KH Maimun Zubair. Ini menunjukkan hubungan keduanya harmonis, saling menghormati dan memuliakan.
Kelima, saat KH MA Sahal Mahfudh menjadi Rais ‘Aam Syuriyah PBNU, KH Maimun Zubair sebagai Mustasyar PBNU. Keduanya saling menghormati dan tidak terlibat dalam persaingan kepemimpinan di PBNU.
KH MA Sahal Mahfudh sangat menghormati KH Maimun Zubair sebagai putra gurunya dan sebagai ulama yang mendalam ilmunya. KH Maimun Zubair menghormati Kiai Sahal sebagai santri bapaknya dan sebagai pemimpin tertinggi NU.
Salah satu momentum luar biasa adalah ketika Kiai Sahal tidak bisa menghadiri acara Muskerwil PWNU Jateng di PP Al Anwar Sarang, Kiai Sahal datang sendiri di Sarang untuk meminta ijin kepada KH Maimun Zubair karena tidak bisa menghadiri acara Muskerwil. Sebuah Keteladanan seorang Rais Aam Syuriyah PBNU yang selalu menjaga marwah Kiai yang kebetulan putra gurunya.
Pelajaran Berharga bagi Generasi Now
KH MA Sahal Mahfudh dan KH Maimun Zubair telah meninggalkan legacy keilmuan dan karya sosial yang tidak habis dikaji, diteladani, dan Akan selalu menjadi sumber Inspirasi dan motivasi generasi sekarang dan Akan datang.
Legacy ini mereka dapatkan dengan belajar keras, disiplin, semangat pantang menyerah, riyadloh (tirakat), dan selalu menjaga adab seorang santri yang mewarisi akhlakul karimah dari guru-gurunya.
Keduanya menggunakan ilmunya tidak untuk dirinya sendiri, tapi didarmabaktikan untuk kepentingan orang banyak, bahkan untuk bangsa dan umat manusia secara keseluruhan.
Maka, menjadi kewajiban dan tanggungjawab generasi sekarang dan Akan datang untuk melalui proses yang dilalui kedua resi ini.
Ingat syair Inspiratif:
ترجو النجاة ولم تسلك مسالكها – ان السفينة لا تجري علي اليبس
Kamu ingin selamat tapi tidak mengikuti jalannya, maka sesungguhnya kapal tidak berjalan di atas bumi yang kering.
Menghargai waktu dalam pengertian memanfaatkan waktu yang diberikan Allah untuk belajar, belajar, dan belajar adalah tugas pertama dan utama. Spirit keilmuan ini harus digelorakan supaya santri mampu menguasai beragam ilmu yang dikaji, mulai Nahwu, Sharaf, Tauhid, fiqh, Ushul fiqh, qawaid fiqh, Tafsir, hadis, tasawuf, balaghah, dan lain-lain.
Setelah itu, santri harus mampu mengaktualisasikan kemampuan tersebut dalam kehidupan sosial. Ilmunya tidak boleh hanya untuk dirinya dan Keluarganya, tapi harus diajarkan kepada orang lain dalam skala yang lebih luas.
Santri dalam dakwahnya sebaiknya tidak hanya menggunakan dakwah bil lisan, tapi melengkapinya dengan dakwah bil qalam. KH MA Sahal Mahfudh dan KH Maimun Zubair selain berdakwah bil lisan juga produktif berdakwah bil qalam sehingga karyanya akan terus dikaji sepanjang masa oleh generasi sesudahnya Ila Yaumil Qiyamah.
Lebih efektif lagi, santri harus memanfaatkan jaringan organisasi untuk menyebarkan ilmu dan menggerakkan perubahan positif konstruktif di tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berjuang dengan organisasi berdampak luas dan Merambah segment dalam skala nasional dan global.
Santri dalam melalui proses di atas jangan sampai terbuai dengan jabatan dan prestise, tapi Harus selalu menjaga etika pesantren yang menekankan nilai-nilai tawadlu’ (rendah hati), dan akhlakul karimah erta menekankan riyadloh bathiniyah sehingga terhindar dari kesombongan dan mendapatkan anugerah keikhlasan dalam berjuang di jalan Allah.
Salah satu kata kunci dalam melalui proses ini adalah Selalu ingat satu statement dahsyat:
من جد وجد
Siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan apa yang dicita-citakan.
Semoga kita kebreberan berkah ilmu dan perjuangan KH MA Sahal Mahfudh dan KH Maimun Zubair, amiin.
الي روح شيخنا ومرب روحنا محمد احمد سهل محفوظ الحاج وشيخنا ومرب روحنا ميمون زبير الحاج الفاتحة … امين يا رب العالمين
Mekah, Ahad, 18 Agustus 2019, Pukul 9.50
Oleh: KH. Dr. Jamal Ma’mur Asmani, dosen IPMAFA Pati.