GUS DUR ATAWA ABU NOODLE?
Pasca Perang Teluk pertama, Amerika memprakarsai embargo perdagangan minyak terhadap Iraq. Sebagai imbangannya, dibuatlah program “Oil for Food”. Artinya, Iraq hanya boleh menjual minyak untuk membeli makanan dan obat-obatan bagi rakyatnya.
Pemerintah Amerika pada waktu itu lantas meminta Gus Dur untuk menjadi Duta PBB dalam rangka program “Oil for Food” tersebut. Gus Dur gamang. Buat Gus Dur, Amerika dan Iraq sama-sama teman. Permintaan itu membuat Gus Dur jadi terjepit: kalau mau, Iraq marah, kalau nggak mau, Amerika yang marah. Gimana caranya kabur?
“Saya bersedia, asalkan diijinkan oleh Pak Harto sebagai Presiden Republik Indonesia,” begitu jawaban yang beliau berikan.
Habis memberikan jawaban itu, Gus Dur buru-buru menghadap Pak Harto untuk mengadukan perihalnya.
“Saya mohon agar Bapak menyatakan tidak memberi ijin,” kata beliau kepada Pak Harto.
“Lho? Kenapa? Kan bagus itu?”
“Wah… saya yang repot nanti, Pak…. Di Palestina ada pemimpin teroris terkenal, nama panggilannya Abu Nidal. Kalau saya jadi Duta ‘Oil for Food’, kan kerjaan saya nanti keliling bagi-bagi mie instan. Saya kuatir gara-gara itu saya lantas dijuluki ABU NOODLE!”
Pak Harto ketawa dan meluluskan pemohonan Gus Dur.
Penulis: KH Yahya Cholil Staquf, Katib Aam PBNU.