Didikan Gus Miek Kepada Para Santri

Didikan Gus Miek Kepada Para Santri

Didikan Gus Miek Kepada Para Santri.

Gus Miek, yang telah kembali ke Ploso membuat beberapa santri yang menjadi pelayannya bahagia dengan harapan bisa kembali mengikuti pendidikan di pesantren. Tetapi, Gus Miek memiliki pandangan yang berbeda kepada santri-santri. Gus Miek justru memandang bahwa pahala mengaji pada KH. Djazuli dan putra-putranya sama besarnya dengan menjalankan tugas yang diberikan oleh KH. Djazuli dan putra-putranya.

Bacaan Lainnya

Suatu ketika, Gus Miek pernah memberi wejangan-wejangan KH. Anshorullah (PP. Mamba’ul hasan, Ksatrian, Kanigoro, Blitar), santri yang ditugaskan menimba air untuk memandikan Gus Tajuddin dan Gus Sabuth. Gus Miek lalu berkata: “Kamu itu, kalau dipanggil Romo atau Ibu atau putra-putranya, jangan menunggu selesai mengaji, tetapi langsung diletakkan kitabmu, terus sowan dan diniati mengaji.”

Amar Mujib (Putra Pendiri Pondok Pesantran Lor mangunsari; ia jugga adik ipar dari KH. Ahmad Siddiq), merupakan pelayan Gus Miek paling muda saat itu, sering meninggalkan Gus Miek bila sudah tidur. Amar pergi untuk menghafal imrithy agar bisa masuk sekolah. Gus Miek marah karena merasa dinomorduakan. “Masya Allah, Mas Adin (Zaenudin Djazuli) kakakku, kalau hanya ingin masuk sekolah, saya buatkan surat,” kata Gus Miek.

Amar Mujib kemudian pulang mengambil kitab-kitab untuk mengaji. Pada saat penerimaan santri baru, Amar Mujib meminta izin Gus Miek untuk sekolah dan mengaji, dan meminta surat pengantar sebagaimana yang pernah dijanjikan oleh Gus Miek. Gus Miek justru menjawab: “Aku tidak ridho dunia akhirat kamu mengaji atau sekolah. Kalau kamu tetap saja mengaji atau sekolah, kamu mulai sekarang putus hubungan dengan aku dunia akhirat. Anak-anak satu pondok itu, Mar, anak sebanyak itu, yang jadi itu cuma satu. Jadi orang itu, kalau bisa mengambil jalan trabas (pintas); yang selamat itu yang mau mengambil jalan trabas; yang penting, kamu mengikuti aku.” Amar Mujib pun tak berani membangkang karena ia dan bahkan kedua orang tuanya percaya kepada kewalian Gus Miek.

Ibnu Kastir Siroj, Putra KH. Khobir Mangunsari, yang juga pernah menjadi pelayan Gus Miek, juga menemukan kenyataan yang sama. Pada saat akan mengaji, Gus Miek justru mencegahnya dan mengajaknya bepergian ke Malang selama satu minggu sehingga kitabnya yang ditaruh di atas tumpukan bata merah menjadi hancur karena kehujanan. Demikian juga ketika hendak mengikuti ujian, Gus Miek justru mengajaknya pergi sehingga Kastir tidak bisa mengikuti ujian. Tetapi, di kemudian hari Gus Miek memberikan ijasah.

Cerita ini disarikan dari buku ‘Perjalanan dan Ajaran Gus Miek’ yang di tulis oleh Muhammad Nurul Ibad

________________

Semoga artikel Didikan Gus Miek Kepada Para Santri ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin..

simak artikel terkait di sini

simak video terkait di sini

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *