Dialog Mbah Bisri dan Kyai Ali Maksum dalam Menipu Syetan- Suana anjangsana semakin cair dengan gelak tawa lepas ketika Gus Mus menyampaikan cerita tentang bagaimana keakraban dan keikhlasan para kyai sepuh dahulu dalam berdakwah dan membangun persahabatan.
Dikisahkan suatu saat Kyai Ali Maksum, Krapyak mendatangi Mbah Bisri Musthofa, ayah Gus Mus. Keduanya merupakan sahabat dekat sejak masih di pesantren. Pada kesempatan tersebut, Kyai Ali Maksum bertanya pada Mbah Bisri bagaimana caranya bisa menulis buku sampai sebanyak itu.
“Saya ini kalau menulis baru dapat satu halaman sudah macet, nulis lagi baru beberapa bab mangkrak. Padahal kalau soal alim kan kita sama-sama, yang jelas santriku lebih banyak daripada kamu,” demikian kata Kya Ali pada Mbah Bisri sambil bercanda.
“Lha sampean keliru, wong mau nulis kok diniati ngibadah, jariyah ilmu,” demikian jawab Mbah Bisri balas bercanda.
“Kalau saya, mau nulis ya tak niati cari uang. Dengan demkian kita akan semangat, seperti tukang jahit, biar ada tamu dia tetep aja menjahit supaya dapat uang,” kata Mbah Bisri lebih lanjut.
“Terus apa yang salah dengan niat ibadah dan lillahi ta’ala dalam menulis?,” tanya Kyai Ali Maksum penasaran.
“Begini lho, nda (panggilan akrab antar teman waktu itu, kalau sekarang “brow”),” jawab Mbah Biari santai.
“Sampean baru mau nulis kalau diniati ibadah setan godanya serius, sehingga kita akan sulit melawan. Kalau kita niatkan cari duwit kan setan godanya tidak serius. Soal setelah jadi mau kita niatkan jariyah atau hasil uangnya untuk sedekah itu gampang. Sesekali setan perlu ditipu supaya gak serius goda kita. Lha kita ini digoda setan tidak serius aja masih sering kalah apalagi kalau setan nggodanya serius.”
Jawaban Mbah Bisri ini kelihatan jenaka, hingga kami yang hanya mendengar ceritanya ikut ngakak tak bisa menahan tawa. Namun di balik jawaban yang jenaka itu tersimpan makna yang dalam dan dasar argumen yang logis. Ini membuktikan bahwa Mbah Bisri adalah ulama yang memiliki kecerdasan tinggi sehingga mampu menyampaikan dan menjawab hal-hal sulit dan rumit dengan mudah, sederhana dan ringan. Membahas hal-hal yang membosankan menjadi mengasyikkan tanpa mengurangi substansi dari masalah tersebut, sehingga mudah dipahami dan diterima rakyat.
Mbah Bisri juga dikenal sebagai orator ulung yang memiliki kemampuan menyampaikan kritik secara menarik dan jenaka sehingga orang yang dikritik bisa merasa, namun tidak marah atau tersinggung sekalipun kritik yang disampaikan sangat tajam dan menukik.
Selain cerdas dan cerdik, Mbah Bisri juga dikenal sebagai ulama yang alim. Hal ini dibuktikan dengan berbagai kitab yang beliau tulis, seperti tafsir al-Ibriz, tafsir alqur’an berbahasa Jawa 3 jilid. Kitab Sulamul Afham 4 jilid dan beberapa karya lainnya. Selain yang berbahasa Arab, Mbah Bisri juga menulis buku berbahasa Jawa dengan judul “Ngudi Susilo” dan “Mitra Sejati”. Ada 25 lebih judul buku dan kitab yang sudah ditulis Mbah Bisri.
*Ini adalah catatan perjalanan anjangsana Islam Nusantara STAINU Jakarta, tahun 2017.
______________
Semoga artikel Dialog Mbah Bisri dan Kyai Ali Maksum dalam Menipu Syetan ini memeberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amin..
Simak artikel terkait di sini
Kunjungi juga channel youtube kami di sini
Penulis: Al-Zastrouw Ng, dosen UNU Indonesia, Jakarta.