Bantul – KH. Aziz Umar adalah sosok ulama yang sangat bersemangat untuk membangun pendidikan. Misi dakwahnya sudah tertanam sejak masih berusia 20 tahun. Beliau sering diundang ceramah ke berbagai tempat, termasuk di desa yng ditempatiya setelah ia menikah, yaitu Murtigading.
Gus Irfan, putra ketiganya sekaligus pengasuh pondok pesantren Al-Furqon mengisahkan bahwa beliau adalah sosok yang sangat peduli dan bergairah untuk memajukan pesantren. Di tengah kesibukannya melayani masyarakat, karena beliau pernah menjabat empat periode dalam dua partai politik (PPP satu periode dan Golkar tiga periode) beliau masih sempat untuk mengasuh santri di pesantren dan mengembangkannya.
Beliau kembali mengisahkan ketika diwawancarai pada hari Rabu (18/07) di kediamannya, almarhum KH. Umar meninggalkan gagasan-gagasan pembangunan pesantren, di antaranya sekolah menengah kejuruan Islam Terpadu (SMK IT) Al-Furqon yang didirikan tepat dua tahun sebelum beliau wafat.
“Komitmen beliau sangat luar biasa bagi pondok. Dalam kondisi lelah atau bagaimana pun, jika masih berada dekat dengan pesantren, baliau akan mengusahakan memimpin jama’ah di masjid.” Tegas Gus Irfan.
Semasa hidupnya, beliau sangat peduli terhadap kesehatan. Di usia mudanya, beliau senang bermain badminton. Beliau pun menjauhi dari mengisap rokok dan meminum kopi.
Dalam dekade sebelum wafatnya, beliau merasakan gejala penyakit jantung. Suatu malam Jumat, tepat pada tanggal 15 Syawal/24 September 2010, pada saaat pembukaan pengajian rutin di pesantren, beliau merasakan sesak dan pergi ke rumah. Pukul setengah 2, beliau dilarikan ke RSUD Bantul dalam keadaan pingsan. Sebelumnya, ia sempat berkirim SMS kepada Aris, santri asuhannya mengingatkannya untuk mengadakan mujahadah di malam Sabtu seperti biasanya. Setelah dicek oleh dokter sekitar jam 2 dini hari, beliau sudah dinyatakan wafat. (Fadlan)