Ciri Penipuan Kaum Munafik, Kisah dalam Qur’an.
Di dalam al-Qur’an terdapat celaan terhadap orang-orang munafik, yakni orang-orang yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir, padahal mereka tidak beriman.
Mereka mengira dapat menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal sebenarnya menipu diri sendiri; tetapi mereka tidak menyadari hal itu. (QS 2/al-Baqarah: 8-9). Jika bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka menyatakan keimanan, tetapi ketika kembali kepada kelompok sendiri, mereka menyatakan bahwa mereka tetap setia kepada kelompok itu, sedangkan pernyataan keimanan itu hanya olok-olok. (14).
Sekarang kita dapat menemukan banyak orang yang bersikap seperti itu dalam kaitan dengan kebersamaan dalam masyarakat majemuk. Mereka berbaik-baik dalam perjumpaan dengan orang-orang yang berbeda keyakinan, tetapi di dalam jemaatnya sendiri mereka tidak menahan diri untuk menyalah-nyalahkan keyakinan, kebiasaan, praktek atau simbul keagamaan orang-orang dari jemaat lain.
Alasannya: karena begitulah ajaran agama mereka yang tidak hanya mesti dijunjung, tetapi juga diteruskan kepada anggota jemaat sendiri. Kalau tidak disampaikan, mereka merasa berdosa. Mereka merasa telah melakukan kebaikan, padahal perbuatan seperti itu sebenarnya merusak kebersamaan. (Perhatikan ayat 11 dari surat 2/al-Baqarah).
Keadaan dilematis? Memilih kebersamaan berarti mengkhianati agama, memilih setia kepada agama kelihatan mengkhianati kebersamaan.
Tiadakah jalan keluar?
(Penulis: Prof KH Muhammad Machasin, Mustasyar PBNU)
*Tulisan Ciri Penipuan Kaum Munafik, Kisah dalam Qur’an ini sangat menarik menjadi refleksi kita semua. Jangan sampai berbuat menipu sebagaimana yang dilakukan kaum munafik.