Cara Komunikasi Para Wali dengan Sayyid Muhammad Alawy Al-Maliki

Cara Bertemu Nabi Menurut Sayyid Muhammad Alawy Al-Maliki

Cara Komunikasi Para Wali dengan Sayyid Muhammad Alawy Al-Maliki.

*Hubungan Abuya As Sayyid Muhammad bin Alawy Al Maliki dengan Para Auliya’*

Beliau adalah salah satu kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala (Waliyullah) yang selalu memakmurkan waktu-waktunya dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala menghiasai dirinya sifat-sifat yang diridhoi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti: tawadhu’, lemah lembut dalam tutur bicara, santun dalam menjamu tamu dan beliau adalah orang yang Kasyaf (dapat mengetahui hati seseorang).

Suatu saat KH. Nur Hasanuddin (Pengasuh Pondok Darus Sa’adah Tumpang Malang) bertamu ke rumah Al Habib Muhammad Al Habsyi yang berada di jalan Cikampek kota Malang (yang nanti beliau lebih dikenal dengan sebutan Habib Cikampek). Untuk pertama kalinya yang beliau belum pernah kenal Habib Muhammad sebelumya, ketika beliau mengetok pintu dan dibukakan pintu oleh Habib Muhammad langsung menyambut dan mengatakan, “Marhaban Ya Kyai Muda”.

Kemudian pulanglah Ust. Hasan (panggilan akrab KH. Nur Hasanuddin) dengan banyak pertanyaan. Setelah beberapa hari, maka Ustad Hasan menghadiri majlis dari guru beliau yaitu Al Ustadz Al Habib Alawy bin Salim Al Aydrus, ketika majelis telah usai datanglah seorang yang kayak dari daerah Gubuk Klakah (Tumpang Malang) meminta agar salah satu murid beliau bisa berdakwah di daerah Tumpang, maka diutuslah Ust. Hasan untuk berdakwah di daerah Tumpang.

Disitulah mulai timbul kepercayaan bahwa Al Habib Muhammad Al Habsyi adalah seorang waliyullah. Sebelum Ustadz Hasan berangkat untuk berdakwah maka kembali berziarah kerumah Habib Muhammad untuk meminta doa, setelah sampai di rumah beliau Ustad Hasan kembali disambut oleh Habib Muhammad seperti sambutan pertama kali beliau datang.

Kemudian Habib Muhammad Al Habsyi memberikan pesan “Wahai Kyai Muda disana banyak sekali sihir-sihir, maka ketika kamu masuk daerah sana kamu baca surat Yaasin 3x InsyaAllah tidak akan ada apa-apa”.

Maka dilaksanakanlah pesan dari Habib Muhammad.

Dalam kesempatan yang lain, Ust. Hasan mengantarkan temannya dari Jawa Barat bernama Ust. Abdul Mughist yang ingin berziarah dan meminta doa kepada Habaib yang sepuh di kota Malang. Maka Ust. Hasan mengatakan, “Habib sepuh di Kota Malang ada dua: 1. Al Ustadz Al Habib Alawy bin Salim Al Aydrus, 2. Al Habib Muhammad bin Abdul Qadir Al Habsyi.”

Teman Ust. Hasan saat itu bersama dengan istrinya ketika berziarah karena takut tidak bisa ditemui, maka beliau berdua berangkat ke rumah Al Habib Muhammad Al Habsyi. Ketika di jalan, KH. Hasanuddin mengatakan kepada kawannya, “Habib yang akan kita datangi ini adalah Kasyaf, maka kalau anda memiliki wirid bacalah semua takut nanti di kasyaf”.

Setelah sampai di depan rumah beliau, Ust. Hasan mengetuk pintu setelah dibukakan pintu maka Al Habib Muhammad menyambut Ust. Hasan dengan ucapan “Marhaban Ya Kyai Muda” (karena itu adalah julukan yang diberikan oleh Habib Muhammad Al Habsyi kepada Ust. Hasan), kemudian Ust. Hasan mengutarakan permasalahan temannya kepada Habib Muhammad Al Habsyi bahwa temannya dan meminta doa serta nasehat-nasehat kepada Habib Muhammad Al Habsyi bahwa temannya telah diangkat sebagai ketua pelaksana pembangunan masjid di Jawa Barat.

Maka Habib Muhammad Al-Habsyi memberi pesan,

“Wahai Ustadz, sesungguhnya anda harus ikhlas dan sabar dalam mengemban amanah ini. Ikhlas artinya: ketika sekarang anda sibuk mencari dana maka anda harus ikhlas. Sabar artinya: biasanya kalau masjid itu ketika belum di bangun maka tidak ada yang mau mengurus, tapi kalau nanti sudah bagus maka anda harus siap untuk diusir dari jabatan anda.”

Dua tahun kemudian Ust. Abdul Mughist dari Jawa Barat tadi datang ke Kota Malang untuk diantarkan kedua kalinya berziarah ke rumah Habib Muhammad Al-Habsyi. Setelah dibukakan pintu maka seperti biasa beliau menyambut tamunya kemudian mempersilahkan tamunya untuk duduk. Setelah berbincang-bincang, kemudian Ust. Hasanuddin menyampaikan bahwa masjid yang dibangun di Jawa Barat sudah selesai dan Ust. Abdul Mughist sekarang sudah dipecat sebagai pengurus masjid tersebut.

Ini menunjukkan kasyafnya Al Habib Muhammad bin Abdul Qadir Al Habsyi Radhiyallahu ‘anhu.

Dalam kesempatan yang lain Ust. Hasanuddin bercerita: seperti biasa beliau bersama dengan KH. Ihya’ Ulumuddin (Pengasuh Ma’had Nurul Haromain, Pujon) berangkat ke Pujon untuk mengawasi pembangunan pondok (yang pada saat itu dua tahun telah selesai pembangunannya) karena belum mendapat izin dari Abuya Sayyid Muhammad bin Alawy Al Maliki Al Hasani untuk di buka, maka Ust. Hasanuddin menyampaikan bahwa ada seorang habib yang Wali dan mari kita meminta doa kepada beliau (saat itu ba’da shubuh).

Kemudian Ust. Hasanuddin mengatakan kepada KH. Ihya’ Ulumuddin, “Kalau Habib ini wali maka pasti kita akan bertemu dengan beliau di jalan”. Berangkatlah beliau berdua, setelah sampai didepan jalan raya veteran Kota Malang didapati Al Habib Muhammad Al Habsyi sedang jalan-jalan di pinggir jalan sambil memagang tasbih yang tidak biasanya seperti itu.

Maka bergegaslah beliau berdua menghampiri Habib Muhammad Al Habsyi, setelah mengucapkan salam kepada beliau, kemudian Habib Muhammad Al Habsyi bertanya kepada Ust. Hasanuddin “Mau kemana Kyai Muda?”

Beliau menjawab, “Mau ke Pujon Habib.”

Kemudian beliau memperkenalkan KH. Ihya’ Ulumuddin kepada Habib Muhammad, “Ini adalah Ust. Ihya’ Ulumuddin murid dari As Sayyid Muhamad bin Alawy Al Maliki.”

Habib Muhammad langsung menjawab “Shohib Makkah?”

Ust. Hasan menjawab, “Na’am Habib”.

Kemudian Habib Muhammad Al Habsyi memegang dada KH. Ihya’ Ulumuddin dan membacakan surat Al Insyirah setelah sampai pada ayat Fainna Ma’al ‘Usri Yusro Inna Ma’al Usri Yusro di ulang 3x dan tidak disempurnakan surat tersebut, kemudian menyuruh Ust. Hasanuddin dan KH. Ihya’ berangkat, setelah dua hari kejadian tiba-tiba Abuya As Sayyid Muhammad bin Alawy Al Maliki Al Hasani menelpon KH. Ihya’ Ulumuddin dan menyuruh beliau untuk membuka pondok pesantren Nurul Haromain.

Ust. Hasanuddin juga mengatakan: Mungkin Al Habib Muhammad Al Habsyi mengetuk hati Abuya Al Maliki agar memberikan izin kepada KH. Ihya’ Ulumuddin untuk membuka ponpes Nurul Haromain.

Dari kisah di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa hubungan Abuya Sayyid Muhammad bin Alawy Al Maliki Al Hasani dengan para Auliya’ dan Sholihin di penjuru dunia sangatlah dekat, ini dibuktikan dari jarak yang begitu jauh antara kota Malang tempat Habi Muhammad bin Abdul Qadir Al Habsyi Radhayallahu ‘anhu dengan Makkah Al Mukarramah tempat Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani Radhayallahu ‘Anhu dan ini juga menunjukkan kedudukan para Auliya’ Allah Subhanahu wa ta’ala, tidak membutuhkan jarak dan waktu untuk saling berkomunikasi karena mereka adalah hamba-hamba pilihan Allah Subhanahu wa ta’ala. (mukhlis)

*Disarikan dari ceramah KH. Nur Hasanuddin (Pengasuh Pondok Pesantren Darus Sa’adah, Gubuk Klakah Tumpang) dalam acara Haul Almarhum Al Habib Al Barakah Muhammad bin Abdul Qadir Al Habsyi Radhayallahu ‘anhu (Habib Cikampek Malang).

_________
Semoga artikel Cara Komunikasi Para Wali dengan Sayyid Muhammad Alawy Al-Maliki  ini dapat memberikan manfaat dan keberkahan untuk kita semua, amii.

simak artikel selain Cara Komunikasi Para Wali dengan Sayyid Muhammad Alawy Al-Maliki di sini

simak video terkait di sini

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *