Ketika masih hidup, Mbah Maimoen Zubair selalu menjadi rebutan banyak orang, ini sangat mirip dengan Gus Dur.
Semua orang ingin dekat dengannya, semua santri ini memberikan khidmah terbaik kepadanya. Dalam tulisan sebelum saya kutip pernyataan KH Bahrul Munir yang rasan-rasan di hati (bathin) tentang Gus Dur, tiba-tiba Mbah Maimoen menjawab “wah, kalau Gus Dur, saya ngak berani, karena Gus Dur itu adalah titisan Mbah Hasyim Asy’ary”. Kemudian KH Bahrul Munir bathin tentang Sayyid Muhammad. Tiba-tiba Mbah Maimoen Zubair Dahlan menjawab “kalau Sayyid Muhammad itu punjure (pusat) Sayyid”.
Belum lagi cerita Muhtaram santri setia yang mengantarkan Haji dan umrah setiap tahun Mbah Maimoen. Konon, sewaktu istrinya Muhtaram mendekati kelahiran. Mbah Maimoen Zubair meminta kepada Muhtaram agar mengantarkan dirinya berangkat umrah ke Makkah. Kemudian Muhtaram menjawab “Mbah, saya tidak bisa, karena minggu-mingu ini, istri saya akan melahirkan (ngalarani). Kemudian Mbah Maemun mengatakan kepada Muhtaram “yo wes, ayo kita doakan agar segera melahirkan, biar bisa mengantar saya ke Makkah”.
Tidak menunggu lama. Setelah Mbah Maimoen mendoakan, keesokan harinya istri Muhtaram melahirkan. Betapa terkejutnya Muhtaram dan keluarga. Betapa dahsyatnya doa Mbah Maimoen Zubair. Setelah kelahiran anaknya, muhtaram lega. Sehingga beliau bisa mengantarkan Mbah Maimoen Zubiar Dahlan ke Makkah mendampingi Mbah Maimoen Zubair menunaikan umrah.
Kisah ini pernah ditururkan oleh H. Mahron kakak kandung Muhtaram.
Penulis: Abdul Adzim Irsad, alumnus Universitas Ummul Quro, Makkah.