Jalan untuk Perindu
Kamis, 15 Agustus 2019 sekitar pukul 17.10 WAS, rasa rindu kepada syaihina tidak lagi dapat dibendung. Ingin rasanya dekat dengan beliau. Tapi apalah daya, jadwal pintu masuk Jannatul Ma’la tutup menjelang magrib dan baru akan dibuka kembali setelah jamaah shalat subuh.
Sekedar untuk mengobati rasa rindu kali ini kulangkahkan kaki menuju makam ma’la seusai shalat Maghrib, meskipun hanya bisa memandang makam beliau dari kejauhan, dibalik pagar pembatas makam.
Setelah kuucapkan salam kepada beliau dan orang orang sekitarnya. Saat kukirimkan surat alfatihah untuk beliau, terbesit rasa ingin sekali mendekat di samping pusarannya. Tiba tiba datang seseorang yang berwajah Arab menghampiriku dan menyapa seakan ada isyarat mengajakku masuk ke dalam makam ma’la. Hal ini terasa janggal karena sebelumnya sudah kupastikan pintu masuk makam ma’la sudah tutup.
Rasa penasaran mendorong diriku untuk mengikuti kemana langkah kaki orang Arab itu berjalan. Ternyata dia menyusuri pinggiran makam ma’la. Kudapati pintu belakang makam ma’la masih terbuka. Anehnya orang Arab itu berjalan lurus tanpa belok masuk ke makam.
Aku beranikan diri masuk ke makam, ternyata penjaga pintu tidak menghalangi langkah kaki saya. Alhamdulillah, saya bisa berjalan menuju ke pusaran beliau dan mendekat di sampingnya.
Kuucapkan salam. Aku baca surat Yasin dan tahlil. Setelah itu tiba-tiba datang lagi orang berwajah Arab menghampiriku. Dia berbeda dengan orang pertama. Orang Arab itu berkata kepada saya:
“Ini makam Syaikh Maemun. Apakah kamu ikut hadir waktu pemakamannya? Saya termasuk orang yang ingin beliau dimakamkan disini.”
Penulis: Dr KH Sabilal Rosyad, salah satu santri Syaikhina Maimoen yang saat ini menjalankan ibadah haji.