Acara ‘Mengenang Kiai Bangsa’dalam rangka peringatan 40 hari wafatnya KH. Maimoen Zubair diselenggarakan di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Kamis, 12 September 2019. KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) dalam acara ini juga membacakan Al-Fatihah atas wafatnya Bapak BJ. Habibie. Acara ini di hadiri KH. Lukman Hakim Saifuddin dan para penyair kondang Candra Malik, KH. Zawawi Imron, serta penyair nasional dari berbagai daerah di Indonesia.
Dalam acara ini, Gus Mus menyampaikan sambutan sebagaimana berikut:
Bahwa Allah SWT mengambil ilmu dari muka bumi itu bukan hanya diambil ilmunya, tetapi diambil ulamanya itu sendiri. Wafatnya ulama seperti Mbah Maimoen dan Bapak Habibie serta ulama sebelumnya bisa jadi ini tanda kiamat. Mari kita baca fatihah buat Pak Habibie.. Alfatihah….
Kalau ulama sudah habis diambil semua maka orang-orang binggung, mau tanya kepada siapa, mau cari pemimpin siapa, mau cari pedoman siapa, karena sudah langka maka orang-orang bodoh dimintai fatwa. Kebiasan orang bodoh itu mudah berfatwa walaupun tidak dimintai fatwa. Fatwa orang bodoh ini justru malah membuat orang lain bingung karena mbulet dalam fatwanya.
Al Imam al-Qadhi ‘Iyad yang hidup dalam abad ke 5 hijriyah, beliau wafat pada tahun 544 hijriyah. Imam al-Qadhi Iyyad mengatakan bahwa saat ini apa yang didawuhkan Kanjeng Nabi sudah terjadi. Artinya sudah langka ulama, sudah langka tuntunan, sudah langka orang alim yang ada hanya orang-orang bodoh yang tidak mulia prilakunya. Peryataan ini diungkapkan massa Imam al-Qadhi ‘Iyad, padahal pada saat itu masih banyak ulama yang alim hadist, alim Al Qur’an, alim tafsir.
Peryataan Imam al-Qadhi ‘Iyad ini pada abad ke 5, jadi jangan tanya pada abad ke 15 ini banyak ketemu ulama yang tidak menunjukkan jalan yang baik tetapi malah menunjukkan jalan yang meyesatkan.
Kalau orang alim ngerti fiqih, ngerti hadist dan hafal Al-Qur’an banyak sekali. Tetapi yang mengamalkan ilmu, yang arif seperti Hadratusyech dan Mbah Maimoen di Indonesia ini seperti mencari jarum dalam jerami.
Kiai Maimoen Zubair ilmunya tidak berhenti pada ngendikannya (perkataannya-red), tidak hanya pada tulisannya tetapi pada dirinya. Al Qur’an tidak hanya dari mulutnya saja, tetapi dari lakunya. Maka tidak heran di seluruh Indonesia baik yang santri maupun yang tidak santri, yang beragama Islam atau tidak, yang pejabat atau rakyat biasa, semua menangisi kepergian Kiai Maimoen.
Orang alim dari Islam diukur seberapa dia paham Al- Qur’an, dikukur dari seberapa dia kenal dengan Rosulullah. Pengenalan itu tidak hanyak dari pengakuan, tetapi dari perilakunya. Dulu para sahabat baik yang baca Al Qur’an atau tidak, mereka bisa melihat Rosulullah.
Ulama sekarang ini maknanya sudah tidak jelas, jadi saya sudah tidak menggunakan kata Ulama. Masih ada stoknya atau tidak?. Kini yang ada hanya Ulama bahasa Indonesia, seperti; Majelis Ulama dan lainnya itu, orang kira itu bahasa Arab padahal itu bahasa Indonesia.
Kalau bahasa Arab, Pak Habibie itu minal ulama (termasuk ulama’-red). Kalau di Indonesia yang masuk MUI itulah disebut Ulama, walaupun bekas penyanyi. Jadi kita jangan hanya menangisi Kiai Maimoen, berdoalah semoga ini tidak sedang mau kiamat. Belum 40 hari kok, orang alim lagi diambil berserta ilmu pesawatnya, ilmu sosialnya.
Jangan hanya menangis saja, tetapi mari kita mencuplik amaliah dari Kiai Maimoen Zubair. Kiai Maimoen Zubair itu saudaranya bukan hanya se-Muslim, apalagi yang se-PPP, apalagi yang se-NU, tetapi saudaranya adalah sekemanusiaan. Kamu lihat sendiri Kiai Maimoen memperlakukan siapa saja karena Allah, karena Allah memuliakan manusia.
Mudah-mudahan putra-putranya, ini ada Gus Ghofur, kita doakan beliau bisa menjadi contoh seperti Mbah Maimoen, yang bisa menolong orang-orang kurang begitu paham Al-Qur’an, kurang kenal Rosulullah, ditolong prilakunya.
Kita kehilangan bapak, kita kehilangan penuntun, kehilangan pedoman, dimana sekarang bersliweran jangan-jangan sekarang kembali pada zaman jahiliyah lagi. Jadi…., Gusti Allah, Islam, Umat Islam, Ulama hanya jadi klaim-klaim dan dijadikan alat untuk kepentingan duniawi yang remeh-temeh. Menjual ayat yang samanan qoliilan dengan harga yang sangat sedikit. Mudah-mudahan tidak seperti yang dikatakan pepatah ‘Sejarah mengulangi dirinya sendiri, jangan sampai jahiliyah mengulangi dirinya sendiri, orang-orang yang di panggung adalah berhala dan pengikutnya banyak atau folowers-nya banyak. Karena diatas orang alim masih ada yang lebih alim, diatas langit masih ada langit, demikian pula diatas orang bodoh masih banyak yang lebih bodoh.
Jadi kalian jangan heran orang bodoh pengikutnya banyak atau folowers-nya banyak.
Demikian, semoga kita dapat barokah ilmunya Mbah Maimoen, barokah manfaat prilakunya Mbah Maimoen, kita akan kaji setiap haul dan kita kaji terus menerus apa yang dilakukan Mbah Maimoen yang disaksikan orang-orang yang memenangi beliau, terkait apa saja prilakunya baik itu soal kemanusian, soal ke-Islaman, maupun yang lain-lain.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
KH Ahmad Mustofa Bisri, Rais Aam PBNU 2014-2015 dan Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang.
*Disarikan dari sambutan Gus Mus dalam acara “Mengenang Kiai Bangsa: Peringatan 40 Hari Wafatnya KH Maimoen Zubair” di Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang, Kamis 12 September 2019.