Zuhud Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Makna Fana Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani (2)

Oleh Edi AH Iyubenu, wakil ketua LTN PWNU DIY.

Usaha membersihkan hati agar menjadi ‘hati yang layak menghadap Allah Swt’, dengan ciri semakin “terbebaskan dari noda duniawi dan ketergantungan kepada makhluk” (begitu ajaran Syekh Abdul Qadir al-Jailani), mestilah berfondasikan lelaku syariat (dzahiran) dan sekaligus penyelaman rohani (bathinan) dengan saling beriringan-menguatkan.

Secara rohani, ia mestilah diawali dengan penanaman jiwa zuhud di tanah hatinya. Yakni “jiwa sederhana” (orang Jawa menyebutnya ‘sak madyo’) atau “jiwa fana” di hadapan segala apa pun yang diterjadikan Allah Swt kepadanya. Mau sedang berlimpah rezeki, hati sederhana. Mau sedang menyantap hidangan mewah, hati tetap sederhana. Pun tatkala rezeki menyempit atau berkurang, hati tetap legawa menerimanya dengan perasaan sederhana belaka. Inilah fana, inilah kezuhudan.

“Jika seorang hamba telah fana dari nafsu, hawa, dan semua makhluk,” kata Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam Jala’ al-Khatir fi al-Bathin wa al-Dzahir, “maka ia sudah berada di akhirat dengan batinnya, meskipun dzahirnya masih berada di dunia. Ia berada dalam naungan ilmu serta genggaman Allah Swt seraya bertasbih di lautan kekuasaanNya. Apabila ketakutan orang ini semakin besar dan hampir saja hatinya terpotong-potong karena rasa takut tersebut, maka Dia Swt mendekatinya, memberinya kabar gembira, dan menempatkannya di dalam keindahanNya….”

Kezuhudan jiwa ini bila terus ditempa dalam kefanaan-kefanaan pada akhirnya  akan mengontrolsecara otomatis pikiran dan batin kita sekaligus untuk selalu ‘menerima’. Hatinya berdenyar dengan keyakinan: likaila ta’sau ‘ala ma fatakum wala tafrahu bima atakum, agar kalian tak berputus asa pada apa yang belum kalian dapatkan dan tidak berbangga hati pada apa yang telah kalian dapatkan, begitu tutur al-Hadid ayat 23.

Zuhud sebagai pintu masuk bagi fananyadiri yang berdenyar di dalam rohani bagaikan mekanisme penyapihan hati dari keriuhan dan kegelimangan duniawi. Akar hakikatnya ialah keyakinan yang semakin kokoh paripurna bahwa segala karunia adalah milik Allah Swt semata dan Allah Swt pulalah yang semata berhak dan kuasa memberikannya kepada siapa pun yang dikehendakiNya. Silakan cek al-Hadid ayat 29.

Sudahkah kita memiliki jiwa zuhud nan fana begini dalam lelaku kehidupan keseharian kita –bukan hanya dalam peribadatan, namun pula dalam segala aspek nyata kehidupan?

Sudahkah hati kita senantiasa mentawajjuhkan, menghadapkan, segala apa yang terjadi kepada kita sebagai semata kehendak Allah Swt, yang umpama pun rasanya getir dan ketar, itu pun mudah diterima sebagai karuniaNya yang terbaik buat kita kini?

Umpama sudah, atau setidaknya kita memiliki pemahaman demikian dan berikhtiar terus untuk mendawamkannya dalam hati kita, insya Allah jalan hidup kita akan terasa membentang tenang, damai, dan indah belaka.

Bila sedang berlimpah harta, tak ada geliat sombong di hati. Musykil kita memproduksi kepongahan dan kezaliman kepada orang lain. Yang ada adalah empati dan kasih sayang semata.

Bila sedang sedikit harta, sepertitak sesuainya harapan degan kenyataan yang terjadi, tak ada gelora kalut, stres, dan depresi di pikiran, apalagi hati. Justru hatilah yang membingkai lesatan pikiran untuk berteduh semata di bawah naungan KemahakuasaanNya yang terbaik dengan keputusan-kenyataan tersebut.

Zuhud begini mesti terus diasah agar samudra rorhani kita makin beranjak lagi ke jenjang berikutnya, yakni wara’. Setelah wara’, menanjak lagi ke derajat ikhlas, dan kemudian bertengger di derajat ridha.

Syekh Abdul Qadir al-Jailani berkata, “Apabila hati ini benar (begitu rupa) dan hatinya berdiri tegap di pintu Al-Haq ‘Azza wa Jalla, maka hati tersebut lalu akan masuk ke dala wilayah at-takwin, ke dalam lembahNya dan lautanNya, sehingga terkadang ia bersama dengan perkataanNya dan ia pun ber-uzlah. Ia fana, sedangkan Dia Swt kekal.”

Semoga bermanfaat. Amin.

Bandara Halim Jakarta, 23 Juli 2019

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *