Ziarah makam Kiai Ali Maksum Krapyak (1915-1989); Merengkuh Spirit Kezuhudan dan Pembaruan
Kiai..
Teriring semburat senja
Perkenankan ragaku bersimpuh di depan pusara-mu
Kiai..
Teriring senandung kalam Ilahi
Izinkan jiwaku hadir di keheningan-mu
Kiai..
Meskipun secara ragawi
Tak pernah aku menemui-mu
Namun izinkanlah rasa-ku merindukan-mu
Rindu perjuangan-mu
Rindu keikhlasan-mu
Rindu ketulusan-mu
Rindu pengorbanan-mu
Rindu kezuhudan-mu
Rindu kearifan-mu
Rindu kewaskitaan-mu
Kiai..
Laku batin apa yang dulu engkau hamparkan
Sehingga langkah perjuanganmu kokoh menjulang
Langkah pembaruan-mu gemuruh berderap
Langkah kezuhudan-mu indah terpancar
Kiai..
Meskipun zaman telah berubah
Era telah silih berganti
Namun, jejak langkah-mu tetap laksana samudera inspirasi
Yogyakarta, 4 Januari 2019
________________________
*) KH. Ali Ma’shum lahir di Lasem Rembang, 2 Maret 1915 dan wafat di Yogyakarta pada 7 Desember 1989. Kiai Ali Ma’shum adalah tokoh pembaru sistem pendidikan pesantren. Hal ini dimulai saat masih nyantri dan menjadi pengurus di pesantren Tremas Pacitan. Selain menambahkan sistem berjenjang madrasah, beliau juga meramu kurikulum pelajaran kitab kuning. Menyinergikan literatur klasik dan kontemporer. Pembaruan ini juga beliau terapkan saat meneruskan Pesantren al-Munawwir Krapyak Yogyakarta.
.
Pada tahun 1981, Kiai Ali Maksum didaulat sebagai Rais Am PBNU menggantikan Kiai Bisri Syansuri (1886-1980) yang wafat. Di bawah kepemimpinan beliau, NU dapat “direm” dari keterjerumusan politik praktis. Hal ini ditandai dengan keputusan kembali ke khitah 1926. Begitu juga mampu menyelamatkan benih-benih perpecahan di tubuh NU, yakni menyatukan kubu Cipete dan kubu Situbondo. Selain itu, beliau juga mampu mendorong regenerasi kepimipinan PBNU. Di antaranya ialah masuknya Gus Dur (1940-2009) di kepengurusan masa itu.
(Penulis: Muhammad Hanifuddin)